*Semua orang tua pasti mengharapkan anak-anak mereka menjadi anak yang salih dan salihah. Karena salah satu amal yang akan kekal pascakematian seseorang adalah doa dari anak yang salih dan salihah.*
*ANAK-ANAK yang salih akan tercipta dari kedua orang tuanya yang salih pula. Kesalihan kedua orang tua adalah modal dasar bagi kesalihan anak-anak mereka. Dari mereka berdualah (ibu dan bapak yang salih tersebut) kelak anak-anaknya akan mencontoh sifat, akhlak, dan perangai yang baik dari kedua orang tua.*
*ORANG TUA memiliki peranan penting bagi kebahagiaan buah hatinya baik di dunia maupun di akhirat. Jika mereka mendidik anak-anaknya dalam ketaatan kepada Allah, mereka akan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.*
*Dan barang siapa yang mendidik anak-anaknya dalam kemaksiatan dan kekufuran kepada Allah, maka mereka akan mendapat kebinasaan di dunia dan di akhirat. Abu Hurairah RA menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda (yang artinya) seperti di bawah ini.*
*_”Tidak ada seorang anak pun yang lahir, melainkan dia lahir di atas fitrah, kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.”_* (Muttafaqa’alaih).
*BEGITU juga kesalihan kedua orang tua akan menjadi sebab ditinggikannya derajat mereka bersama anak-anak mereka di surga kelak. Allah berfirman (yang artinya) seperti di bawah ini.*
*_’“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.”_* (Alquran Surah At-Thuur ayat 21).
*KESALIHAN kedua orang tua juga akan memberikan manfaat bagi anak mereka selama masih di dunia. Hal itu, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam Surah Al-Kahfi bahwa Allah berkisah tentang dua anak yatim. Allah telah memerintahkan Khidir untuk mendirikan kembali tembok mereka yang telah runtuh untuk menjaga harta mereka yang tersimpan di bawahnya.*
*Allah Swt merintahkan, kpd para orang tua agar menjadi orang tua yang salih. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa orang yang salih ini*
*ALLAH berfirman di dalam kitab suci Alquran (yang artinya) adalah seperti yang di bawah ini.*
*_”Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang salih. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.”_* (QS al-Kahfi : 82).
_*Mencari kambing hitam ketika terjadi masalah adalah kebiasaan buruk*._
Lebih-lebih jika yang dijadikan kambing hitam adalah benda mati. Seperti orang yang menyalahkan batu ketika jatuh.
*Seharusnya seseorang itu introspeksi diri ketika terjadi masalah. Bukan malah menyalahkan orang lain.*
Orang yang selalu mencari kambing hitam ketika terjadi masalah tidak akan terdidik menjadi baik.
*Allah berfirman,*
*ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ*
*”(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Anfal: 53)*
*Jadi ketika ada nikmat yg tercabut dari seseorang. Maka sebabnya adalah diri dia sendiri. Maka ayat ini mengajarkan kita agar introspeksi ketika terjadi masalah dan tidak mengkambing hitamkan orang lain.*
*Di antara pemicu terjadinya berbagai masalah, adalah suka membanding-bandingkan.*
*Allah berfirman,*
*وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ*
*”Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Thaha: 131)*
*Makna ayat ini, Allah melarang kita dari sikap mudah terpesona dengan kenikmatan yg telah Allah berikan kepada orang lain.*
Ketika seseorang menganggap orang lain dalam keadaan yg lebih baik dari dirinya, bisa jadi orang itu menganggap kita lebih baik dari dia. Inilah yang dimaksud dari kalimat (pepatah Jawa) *SAWANG SINAWANG.*
*_”Urip iku sawang sinawang. Mulakno ojo mung nyawang sing ,bios diserang kesawang.”*
Artinya:
*Hidup itu adalah permasalahan melihat dan dilihat. Maka jangan hanya menilai dari apa yang terlihat.*
*Maksudnya, jangan mudah menyimpulkan sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat*.
*Maka jangan suka buru-buru menyimpulkan apa yang dilihat dari orang lain. Terlebih lagi manusia sering mengenakan “topeng” dalam hidupnya. Tertawa untuk menutupi kesedihan, menangis untuk menutupi kebahagiaan.*
*Dalam Islam, terdapat petunjuk dalam menyikapi perbedaan dalam kehidupan.*
*1. Kita harus yakin bahwa perbedaan di muka bumi adalah sunnatullah, yaitu kodrat ilahi yang tidak bisa diubah.*
*Dan adanya perbedaan ini adalah karena Allah maha adil. Karena Allah menginginkan dari perbedaan ini agar kehidupan manusia bisa berjalan dg sebaik mungkin.*
*Hal ini telah diisyaratkan dalam Al-Quran,*
*نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ*
*”Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”* (Az-Zukhruf: 32)
*2. Menyikapi perbedaan yang ada dengan bersyukur.*
Ketika kita melihat orang lain lebih kay
*,Hendaknya kita bersyukur, ternyata masih ada orang2 yang levelnya berada di bawah kita.*
*Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,*
*انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ ؛ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ*
*”Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu, jangan lihat kepada yang lebih tinggi. Hal itu lebih pantas agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah.”*
*(HR. Muslim no. 2963)*
*Nabi shallallahu alaihi wa sallam sll berdoa,*
*اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ* *الْمُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ*
*”Ya Allah, aku memohon kepada Mu untuk bisa melakukan kebaikan, dan meninggalkan kemungkaran, dan mencintai orang-orang miskin…” (HR. At-Tirmidzi,)*
*Biasanya orang yg dlm urusan dunia di bawah kita,mereka dalam urusan akhirat dan giat berlomba-lomba dalam kebaikan.* *Seperti misal*
*Umar melihat kepada Abu Bakr dalam rangka utkberlomba lomba dalam sedekah, sebagaimana dalam kisah yg telah makruf.*
Sebagian ulama salaf berkata, *”Apabila kamu kalah dari temanmu dalam urusan dunia saja, maka kalahkan dia dalam urusan dunia danakhirat.”*
*Hal ini bukan berarti kita tidak perlu memajukan perekonomian umat. Sebagai bukti, bahwa para Ulama dulu ada yang kaya, seperti Abu Bakr, Utsman, Abdurrahman bin Auf, dan yang lain. Akan tetapi mereka tidak saling iri hati.,*
*Para sahabat dahulu, pikiran mereka adalah bagaimana mengalahkan orang lain dalam urusan akhirat, bukan dunia.* *Sebagaimana dahulu orang-orang yang miskin datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan menyampaikan rasa “iri” mereka kepada orang-orang kaya bukan karena kekayaan mereka, tetapi karena mereka (orang-orang kaya) bisa bersedekah dengan kekayaan yang ada pada mereka.*
*3. Pergunakan nikmat dengan benar.*
Ini merupakan bagian dari syukur. Yaitu *bersyukur dengan amal baik*.
*Sebagian besar orang yang suka membanding-bandingkan pada umumnya karena tidak menggunakan waktu untuk yang bermanfaat. Maka gunakanlah waktu dalam amalan-amalan yg bermanfaat. Dan sungguh masih sangat banyak sekali amalan-amalan bermanfaat yang belum kita lakukan,*
Contohnya, *seperti amalan mentadabburi Al-Quran.*
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr berkhasiat kepada para muridnya,
” *Seandainya tingkat intensitas (keseringan) kita untuk mengkaji dan tadabbur Al-Quran seperti tingkat intensitas kita dalam membuka HP, niscaya akan terjadi perubahan dahsyat dalam hidup kita*.
*وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*
*Jazaakumullaah khairan Katsiron*
*لاَ إِلَهَإِلاَّأَنْتَ، سُبْحَانَ*
*Laa ilaaha illa anta. Subhaanaka, innii kuntu minaz zhaalimiin*
*(Tiada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim).*
*Bersama Allah pasti ada solusi* *Dan Semoga kita selalu berusaha menjadi penyebab , orang orang di sekeliling menjadi lebih bahagia*_.
_*Marilah kita senantiasa bersyukur, lebih bermanfaat dan lebih baik lagi.aamiin*_