Berbcara tentang “masalah” dapat dartikan sebagai suatu kesenjangan, ketidaksesuaian, atau ketidak cocokkan antara ide dan kenyataan, antara yang seharusnya dengan fakta yang ada, atau antara keinginan dan harapan dengan realitas yang terjadi.
Hakikat penyelesaian masalah adalah pendekatannya atau cara menghadapinya menurut pandangan konseling dan menrut keterangan Al-Qur’an sehingga masalah itu tidak mengganggu kesetabilan kepribadian kita.
Pada dasarnya, manusia memiliki tiga potensi pokok permasalahan, yaitu :
a) Potensi berpikir, baik yang rasional atau lurus maupun yang tidak rasional atau inrasional.
* Kecendrungan untuk menjaga kelangsungan keadaan dirinya, keberadaannya, kebahagiaan, kesempatan memikirkan dan mengungkapkannya dengan kata-kata, mencintai, berkomunikasi dengan orang lain, serta terjadinya pertumbuhan dan aktualisasi diri.
* Memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk merusak diri sendiri, menghindar dari memikirkan sesuatu,
* menunda-nunda, berulang-ulang melakukan kekeliruan, percaya pada takhayul, tidak memiliki tenggang rasa, menjadi perfeksionis, menyalahkan diri sendiri, dan menghindari adanya aktualisasi potensi pertumbuhan yang dimilikinya.
Pada hakikatnya manusia tidak sempurna, yaitu memiliki potensi positif dan negatif, maka teori ini berusaha untuk menolong mereka untuk mau menerima dirinya sebagai makhluk yang akan selalu membuat kesalahan , namun demikian pada saat yang bersamaan juga bisa belajar hidup damai dengan dirinya sendiri.
Dengan kata lain orang dapat belajar mengubah pikiran mereka sehingga pikiran mereka menjadi positif dan tidak tertekan.
Pengertian Masalah
Masalah kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan.
Masalah biasanya dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Umumnya masalah disadari “ada” saat seorang individu menyadari keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan. Dalam beberapa literatur riset, masalah seringkali didefinisikan sebagai sesuatu yang membutuhkan alternatif jawaban, artinya jawaban masalah atau pemecahan masalah bisa lebih dari satu. Selanjutnya dengan kriteria tertentu akan dipilih salah satu jawaban yang paling kecil risikonya. Biasanya, alternatif jawaban tersebut bisa diidentifikasi jika seseorang telah memiliki sejumlah data dan informasi yang berkaitan dengan masalah bersangkutan.
Pengertian Masalah Menurut Para Ahli
a. Menurut James Stoner, masalah dimana suatu situasi menghambat organisasi untuk mencapai satu atau lebih tujuan.
b. Menurut Prajudi Atmosudirjo, masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan.
c. Menurut Roger Kaufman, masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu ditutup antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan.
d. Menurut Dorothy Craig, masalah adalah situasi atau kondisi yang akan datang dan tidak diinginkan.
Seseorang yang menyandarkan dirinya pada prinsip-prinsip dalam Al-qur’an selalu sanggup menyelesaikan permasalahan hidupnya dan senantiasa bertindak bijaksana. Demikianlah, orang yang hidup dengan prinsip tersebut tak pernah merasakan frustasi, bagaimanapun rumit keadaan yang dihadapi.
Karena itulah, dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai dan ajaran agama, tak seorang pun dari mereka yang tak dapat menyelesaikan masalahnya.
Ketika nilai agama tidak ditegakkan, manusia tidak menampakkan kemanusiaannya. Permasalahan sederhana sekalipun, tidak akan terselesaikan secara bijaksana dalam masyarakat tak beragama. Masyarakat demikian menghadapi kesukaran terus-menerus sepanjang hidupnya.
Jangankan mencari penyelesaian, justru mereka mencari masalah dalam kesehariannya. Karena tak sanggup menyelesaikan masalah yang bertubi-tubi dalam setiap segi kehidupannya, mereka kemudian berputus asa dan menggugat. Sementa
Artinya :
“Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat”
QS. Al-Ahzab [33]: 14).
Demikianlah, keimanan yang benar pasti akan melahirkan ketaatan terhadap syariah-Nya. Oleh karena itu, keterikatan dan ketaatan terhadap syariah bisa dijadikan sebagai tolok keimanan seseorang. Ketika seseorang senantiasa terikat dan taat terhadap syariah, sesulit dan seberat apa pun, keimanannya telah terbukti benar. Sebaliknya, ketika tidak mau taat, apalagi menolak, tentulah keimanannya patut diragukan.
Cara Menyelesaikan Masalah Menurut Al-Qur’an
Setiap manusia akan diuji dengan masalah. Tidak sedikit yang mencari solusi aneh bahkan ada yang menempuh dengan jalan mistis, padahal solusinya hanya dekatkan diri kepada Allah dengan ibadah dan tawakal. Ketika ada masalah tidak sedikit manusia yang memilih jalan yang tidak islami bahkan dengan menghalalkan berbagai cara, dicontohkan ketika orang terbelit masalah hutang dan membutuhkan materi untuk kebutuhan hidup tanpa diikuti denggan dikuti keimanan yang kuat, maka orang tersebut dapat dengan mudah terjerumus kemusyrikan diantaranya mencari pesugihan dan rezeki yang tidak halal, melakukan pencurian atau penipuan, serta menjual diri dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, islam mengajarkan kepada umatnya agar lebih bersifat tenang terlebih dahulu jika dihadapkan suatu perkara, tidak panik dan selalu berdoa serta memohon petunjuk kepada Allah.
Banyak hal yang harus diperhatikan bagi umat muslim agar dapat mengatasi suatu masalah tanpa harus menghalalkan segala cara dan terhindar dari perilaku yang dibenci oleh Allah SWT. Adanya suatu masalah tentu datangnya dari Allah SWT.
Tak satupun manusia yang luput dari cobaan Allah, seseorang yang diberikan kesuksesan dan harta berlimpah maupun orang yang diberi kehidupan yang miskin, itu semua merupakan cobaan dari Allah SWT, ketika orang sudah mempunyai hidup yang berada dengan kekayaan yang berlimpah apakah orang tersebut masih ingat akan keberadaan Allah dan tidak bersikap takabur, serta menghindari hal-hal yag dilarang oleh Allah SWT. Umat muslim yang diberikan kekayaan berlimpah dari Allah SWT hendaklah dirinya selalu mengingat Allah dengan melaksanakan shalat dan menunaikan semua kewajibannya, seperti bersedekah ataupun berpuasa.
Apabila dihadapkan dengan masalah berat yang harus ditentukan oleh pilihan-pilihan yang berat, maka hendaknya kita memohon petunjuk dengan shalat istikharah dan diikuti dengan puasa sunnah. Hendaklah setiap saat membaca istighfar dan selalu ingat kepada Allah SWT, bahwa semuanya datang dari Allah.
Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT.
Artinya :“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan jangan kamu mengingkari nikmatku,”
QS. Al-Baqarah ayat 152.
Apabila diterpa masalah berat, janganlah panik dan bersikaplah lebih tenang seperti yang dianjurkan oleh Rasullulah SAW, di dalam sabdanya ” Jika engkau menghadapi suatu perkara, maka pelan-pelanlah (tenanglah), hingga Allah akan menunjukan kepadamu jalan keluarnya” (HR Bukhari).
Dengan demikian jelask bahwa semua manusia diuji kesabarannya, hendaklah di bersikap tenang dan hindari kemarahan. Marah adalah sifat dan perasaan emosiaonal yang wajar dan dimiliki oleh setiap manusia. Jika kemarahan sudah memuncak, orang yang sudah tidak bisa mengendalikan amarahnya, hendaklah cepat-cepat mengambil air wudlu, kemudian dirikanlah shalat.
Maka dari itu Allah akan memberi petunjuk dan membantunya dalam menyelesaikan masalah.
Emosional adalah untuk menenangkan pikiran dan membantu kita untuk menyelesaikan masalah dengan pemikiran yang logis guna untuk mencari penyelesaian dari semua maslahnyang ada.