Asyik tabur wewangian di semilir berhembus
Kesegaran mengalir ke segala lini tertembus
Gundah dan residu-residu hati rapat bungkus
Buang jauh-jauh, ikhlas tak perlu lagi diendus
Keringkan bercak luka dengan binar cahaya
Balurkan obat ruhani dan kelupaskan durja
Nurani yang mulus ayat tak cuma dikata kata
Sirnakan hama penyebar nila di rongga dada
Yang berwawasan luas telah banyak catatan
Rumpun padi hijau hingga kuning keemasan
Meski lembing tlah dibasmi kembali keliaran
Iman sejati harus bisa hama yang dienyahkan
Tapi si karbitan mudah runyamkan situasi
Mabuk pengaruh yang betul yang dimiliki
Meski dia berjubah resi bukan jiwa piyayi
Lumrah menggaduhkan jadi menu hari-har
PELANGI TERTELUNGKUP
Ketika mentari telah terbit sejak dini hari
Menyinari syahdu taman bunga dewa dewi
Di sana rembulan acuh dimainkan nurani
Di sini nuranimu berkaca langkah ini sepi
Bintang-bintang merona tatap cakrawala
Di kaki langit bergelimangan jiwa terlena
Dimabukan duniawi dengan nyanyi durja
Gelapkan cahaya mestinya tetap dinyala
Sendratari dipentaskan tanpa gemulai tari
Aura kan dipadam, kau caci warna warni
Mengalir di udara sejuk sengau nada benci
Di bening embun tercurah ego ego sektari
Seyogyanya di permadani ini semai damai
Agar tumbuh buliran cinta di kolam teratai
Tapi kau keruhkan suasana dan rusak nilai
Bikin perih air mata pertiwi pun berderai