Prof H Agustitin: WISATA BATINIAH SERI KE 23

 Prof H Agustitin: WISATA BATINIAH SERI KE 23

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti” (QS Al-Hujurat [49]: 13)*

*Rasulullah bersabda yang artinya:*
*“Telah bercerita kepadaku seorang sahabat yang mendengar khutbahnya Rasulullah di tengah-tengah hari Tasyriq. Beliau bersabda: ‘Wahai manusia, ingatlah! Sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, dan bapak kalian adalah satu. Ingat-ingatlah! Tiada bagi orang Arab lebih utama dari selain Arab. Tiada pula orang berkulit merah lebih utama dari berkulit hitam. Sebaliknya, tiada orang hitam lebih utama dari orang berkulit merah, melainkan ketaqwaannya. Apakah kalian telah menerima pesan ini?’*
*Para sahabat menjawab: ‘[Kami bersaksi, bahwa] Rasulullah ﷺ telah menyampaikan pesan ini.” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Hadits 411,)*

*Kebanyakan orang berprinsip “Hidup Biarkan seperti air yang mengalir”..*
*Ungkapan tersebut tidak sepenuhnya tepat. Nampaknya Ungkapan tersebut pantas di ucapkan bagi seseorang yang “tidak punya energi”. Terlalu pasrah dan mals berikhtiar/ berusaha.*

*HIDUP adalah anugerah Allah SWT yang luar biasa. Dan setiap kita punya potensi untuk “mengarahkan” hidup ke arah yang lebih baik, ke arah yang lebih spektakuler.saperti yang di sebut dalam ( QS 49 .13)*

*Janganlah membiarkan hidup bak “air mengalir” terlalu pasrah. Air itu mengalir ke tempat yang rendah. Terlalu pasrah, hingga tak mau berbuat apa-apa. Air yang mengalir juga terlalu senang “dihalangi” bebatuan berulang-ulang kali. Untuk menuju ke tempat yang lebih “rendah” saja penuh dengan benturan, pergolakan. Lalu, kapan kita mengambil hikmah dari setiap hambatan, benturan.*

*Memang agak sulit untuk maju bila hidup bak air mengalir. Just follower, bukan creator. Kurang punya ambisi. Bisa jadi tak punya mimpi. Hanya sekedar hidup, tanpa rencana dan arah ke depan yang jelas. Tepatkah hidup seperti air mengalir?*

*Janganlah “Hidup bak air yang mengalir” dijadikan dalih untuk menyerah terhadap situasi.*

*Seharusnya Selesai dengan Kesulitan pertama beredarlah menyelesaikan kesulitan yang lain.*
*Jangan Terlena pada kesusahan sesaat. Terlena pada masalah. Bahkan merasa tidak mungkin mengerjakan dua tiga pekerjaan dalam satu waktu. Keadaan dianggap menjadi biang kerok. Bisa jadi, orang lain pun dianggap sumber masalah.*

*Tidak “punya waktu buat nulis, karena gak punya laptop. Ada acara lain, jadi gak bisa datang. Saya ikut aja apa yang diputuskan, dan semacamnya”. Kita punya banyak aktivitas, tapi di saat yang sama sering menyalahkan keadaan itu.*

*“Hidup seperti air mengalir” intinya mengajarkan kita untuk melakukan pembenaran terhadap keadaan kita sendiri. Dan akhirnya, “kalah sebelum bertanding”. Tak punya obsesi, tak punya visi ke depan. Terserah kamu setuju atau tidak?*

*HIDUP pelu visi, butuh Misi, butuh tjuan agar kita mampu mengubahnya ke arah yang lebih baik, yang lebih nyaman dari hari ini. Hiduplah dengan visi dan misi dan tujuan karena ia menjadi “bunga” hidup kita. Hidup butuh sikap, butuh tekad. Selagi di jalan yang sudah benar, hadapi setiap masalah. Lalu, gunakan kreativitas kita untuk memacu dan menyesuaikan sikap dan tindakan kita. Sesuatu yang baik dan positif dalam hidup adalah kita yang menciptakannya, bukan mengikuti apa yang ada*.

*Jika perlu, kita ubah saja “air yang mengalir ke arah yang lebih tinggi atau kita lawan arus air itu”. Bendung saja air itu agar tidak lagi ke bawah, tapi mengalir ke samping agar bisa “mampir” ke halaman hidup kiita. Bukankah jalan hidup kita dapat kita kendalikan sendiri, itulah ikhtiar.*
*Kita memang tidak bisa mengubah takdir dari-Nya. Tapi kita bisa berupaya memperjuangkan nasib kita. Untuk mengalirkan air ke tempat yang lebih tinggi atau melawan arus air, kita butuh energi dan motivasi yang lebih kuat dari sekarang. Kita punya potensi yang luar biasa untuk melakukannya lebih besar dari hari ini. Tinggal kita, mau atau tidak? Hanya pasrah atau terus berjuang …*

*Kita suatu saat nnti butuh sikap dan tujuan yang jelas. Bagaimana kita bersikap atas suatu hal dan mau ke mana kita? Kita tidak sedang mempersoalkan “dari mana”. Kita tidak sedang meratapi “keadaan sekarang”. Tapi kita sedang berada dalam perjalanan “mau ke mana” kita. Kita sedang berhadapan dengan “mau ke mana” setelah ini.*

*Kita punya kompetenssi dan potensi yang luar biasa dari Allah SWT, tinggal kita mampu atau tidak mengoptimalkannya*

Baca Selanjutnya

DARI PENULIS

BERITA TERKAIT

IKLAN

TERBANYAK DIBACA

BACA JUGA