SUPERNOVA (2) MENGENANG KEPULANGAN SANG GURU Oleh : Nurmila Sari, S.Pd, MM

SUPERNOVA (2) MENGENANG KEPULANGAN SANG GURU Oleh : Nurmila Sari, S.Pd, MM

Bagaimana Bintang Lahir ?

Bintang terlahir dengan beberapa proses. Proses awal lahirnya bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi dalam awan molekul. Gangguan tersebut biasanya dipicu oleh gelombang supernova akibat benturan 2 galaksi atau ledakan dari bintang yang mati. Ketidakstabilan gravitasi itu kemudian akan membuat awan yang massanya bisa mencapai ribuan kali massa Matahari menjadi runtuh dengan gaya gravitasinya sendiri.

Kemudian, bintang bintang terbentuk secara berkelompok. Lalu bintang itu akan semakin bertambah kerapatannya. Pada proses tersebut energi gravitasi akan diubah menjadi energi panas sampai meningkatkan temperaturnya.

Ketika kesetimbangan hidrostatik terwujud, maka suatu protobintang atau cikal bakal bintang akan terbentuk di intinya. Saat peningkatan temperatur di inti protobintang mencapai angka 10 juta Kelvin, seperti apa yah panasnya hmm…. hidrogen di inti akan menjadi helium dan memicu reaksi termonuklir. Proses tersebut berlangsung selama puluhan juta tahun.

Bintang terdekat dengan Bumi adalah Matahari pada jarak sekitar 149,680,000 kilometer, diikuti oleh Proxima Centauri dalam rasi bintang Sentaurus berjarak sekitar empat tahun cahaya. Bintang-bintang ini telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Bintang-bintang sering digunakan dalam praktik-praktik keagamaan, dalam navigasi baik di darat maupun di tengah laut, dan panduan masyarakat dalam bercocok tanam. Kalender Gregorian, yang digunakan hampir di semua bagian dunia, adalah kalender Matahari, didasarkan pada posisi Bumi yang relatif terhadap bintang terdekatnya yaitu Matahari sebagai pusat tata surya.

Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe berhasil mengenali bintang-bintang baru di langit (kemudian dinamakan novae) menunjukkan bahwa langit tidaklah kekal. Pada 1584 Giordano Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang sebenarnya adalah matahari-matahari yang lain, dan mungkin saja memiliki planet-planet seperti bumi di dalam orbitnya, hal tersebut yang telah dikemukakan sebelumnya oleh filsuf-filsuf Yunani kuno seperti Democritus dan Epicurus. Pada abad berikutnya, teori bahwa bintang adalah matahari yang jauh disepakati oleh para astronom. Untuk menjelaskan mengapa bintang-bintang ini tidak memberikan tarikan gravitasi pada tata surya, Isaac Newton menjelaskan bahwa bintang-bintang terdistribusi secara merata di seluruh langit, dan ini didasarkan teori yang berasal dari teolog Richard Bentley.

Astronom Italia Geminiano Montanari merekam adanya perubahan luminositas pada bintang Algol pada 1667. Edmond Halley menerbitkan pengukuran pertama gerak diri dari sepasang bintang “tetap” dekat, memperlihatkan bahwa mereka berubah posisi dari sejak pengukuran yang dilakukan Ptolemaeus dan Hipparchus. Pengukuran langsung jarak bintang 61 Cygni dilakukan pada 1838 oleh Friedrich Bessel menggunakan teknik paralaks.

William Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan distribusi bintang di langit. Selama 1780an ia melakukan pencacahan di sekitar 600 daerah langit berbeda. Ia kemudian menyimpulkan bahwa jumlah bintang bertambah secara tetap ke suatu arah langit, yakni pusat galaksi Bima Sakti. Putranya John Herschel mengulangi pekerjaan yang sama di hemisfer langit sebelah selatan dan menemukan hasil yang sama. Selain itu William Herschel juga menemukan bahwa beberapa pasangan bintang bukanlah bintang-bintang yang secara kebetulan berada dalam satu arah garis pandang, melainkan mereka memang secara fisik berpasangan membentuk sistem bintang ganda.

Hadeuh… puyenk deh jadinya baca sejarah teori asal usul si bintang ini hehe… mudahnya, saat antar galaksi terjadi tumbukan, dari ledakan materi benda langit dan bertabrakan akan menimbulkan awan atau debu angkasa yang oleh tarikan gravitasi antar galaksi maka akan membentuk cikal bakal bintang baru dan dengan reaksi fusi di dalamnya yang terus membelah seperti halnya ledakan bom nuklir yang terus meluas ledakannya. Inilah yang kemudian membuat suatu bintang lahir ribuan tahun kemudian dan lama kelamaan dari reaksi tersebut menghasilkan panas yang sangat tinggi sehingga warna nya akan memerah kekuningan membara seperti besi yang melebur, membara serta dapat memancarkan cahayanya sendiri sampai jutaan bahkan milyaran tahun kemudian.

Bagaimana bintang mati ?

Jika kandungan hidrogen di inti bintang habis, maka inti itu akan mengecil dan membebaskan energi panas serta memanaskan lapisan luar bintang. Lapisan luar yang masih mengandung banyak hidrogen tersebut akan mengembang dan warnanya menjadi merah.

Seiring berjalannya waktu bintang itu akan menjadi bintang super raksasa merah lalu membentuk nova sampai akhirnya ia hancur. Bintang yang hancur ini dapat berubah menjadi bintang neutron atau lubang hitam yang menyedot benda langit di sekitarnya, tergantung kondisi masing-masing. Bintang juga memiliki sebuah siklus hidup, dimana ia akan mengakhiri masa hidupnya suatu saat kelak. Salah satu caranya ya… melalui Supernova. Tapi tidak semua bintang akan mengalami supernova. Supernova terjadi pada bintang yang massanya 8 kali massa matahari atau lebih massif dari matahari. Nah, supernova akan terjadi ketika bintang tersebut tidak lagi memiliki cukup bahan bakar untuk proses fusi di inti bintang untuk menciptakan tekanan keluar sehingga memicu terjadinya dorongan gravitasi kedalam massa bintang yang besar.

Pertama-tama, bagian luar bintang akan mengembang menjadi raksasa merah, sementara di bagian dalamnya, pusat bintang akan menghasilkan gravitasi dan memulai terjadinya pengerutan. Saat mengerut pusat bintang menjadi lebih panas dan rapat. Pada titik ini, sejumlah reaksi nuklir mulai terjadi….dan bisa menghentikan kehancuran pusat bintang untuk sementara. Perlu diingat ya, ini hanya Sementara. Saat di pusat bintang hanya tersisa besi, maka tak ada lagi pembakaran. Saat fusi tak lagi terjadi, dalam hitungan detik, bintang memulai fase akhir yakni kehilangan gravitasi.

Temperatur di pusat bintang naik melebihi 100 miliar kelvin, kemudian pusat bintang mengalami tekanan dan mengecil namun kemudian mengembang secara tiba-tiba. Energi pengembangan ini ditransfer ke selubung bintang, yang kemudian memicu terjadinya ledakan dan menimbulkan gelombang kejut. Saat gelombang kejut ini bertemu dengan materi bintang di lapisan terluar, materi dipanaskan dan mengalami pembakaran membentuk elemen baru dan isotop radioaktif. Nah, gelombang kejut ini juga akan menyebabkan terlepasnya materi ke angkasa yang disebut peristiwa supernova. Adapun materi yang terlepas saat ledakan bintang terjadi saat ini dikenal dengan nama supernova remnant.

Seperti halnya manusia yang menua, ukuran bintang lama kelamaan akan mengkerut dan pergerakannya makin melemah, dan kemudian warna dan cahayanya akan semakin meredup. Pada akhirnya saat energinya melemah dan habis maka dia akan mengakhiri hidupnya dalam sebuah ledakan yang disebut Supernova. Ledakan yang Maha dahsyat yang membuat materi bintang mati ini berpencar ke segala penjuru semesta dan akan membentuk planet planet serta melahirkan bintang bintang baru, inilah yang menyebabkan alam semesta berkembang karena adanya supernova dari bintang bintang tersebut.

Foto di atas adalah sebuah nebula yang berhasil diabadikan oleh Teleskop Luar Angkasa milik NASA yaitu Hubble pada tanggal 18 September 1994. Diprediksikan sebagai nebula yang telah berumur 1000 tahun sebagai hasil dari matinya (supernova) sebuah bintang. Ga kebayang ya sudah 1000 tahun meladak citra yang tampak masih seperti itu. Fenomena ini pernah dipresentasikan dalam pertemuan American Astronomical Society di Tucson, Arizona pada tanggal 11 Januari 1995.

Foto tersebut mengingatkan kita pada sebuah ayat Al Quran pada Surat Ar-Rahman (55) :37-38

فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ.

“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti minyak (37). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”(38).

Adapun tafsir Ibnu Katsir tentang ayat 37 adalah sebagai berikut; Allah Ta’ala mengatakan, “Maka apabila langit telah terbelah,” yaitu pada hari kiamat, “dan menjadi merah mawar seperti minyak,” yaitu beraneka warna seperti bervariasinya kain celup yang diminyaki. Kadang-kadang warnanya merah, kadang-kadang juga warnanya kuning, hijau, dan biru. Perbedaan warna ini disebabkan suasana yang sangat hebat. Itulah kengerian hari kiamat yang besar.

Dan pada saatnya nanti, matahari, bintang dari tata surya kita ini akan mengalami proses yang sama dengan gambar di atas, mengalami nova atau supernova dan gambarannya adalah seperti tangkapan teleskop Hubble tersebut…. Subhanallah… matching sekali dengan apa yang sudah digambarkan dalam Al Quran ya…

Tapi kali ini penulis tidak akan mengulik tentang kiamat atau dampak supernova ya… sereeeem pemirsa hehe.. membayangkan aja bikin merinding dan panas dingin, Masyaallah …. semoga kita selalu diberi hati yang senantiasa bersyukur dengan segala nikmat yang Allah curahkan kepada kita semua…. nikmat hidup, sehat dan banyaaak nikmat lainnya yang masih kita peroleh sampai hari ini.

Penulis kali ini ingin mengangkat filosofi supernova sebagai tribute mengenang guru-guru yang telah begitu bersusah payah membesarkan dan melengkapi dirinya dengan berbagai ilmu laksana reaksi fusi dalam sebuah bintang yang terus menerus berkembang, bersinar menjadi bintang yang menarik segala yang disekitarnya untuk mengikuti dan senantiasa mengajak murid-muridnya untuk senantiasa bertawaf di sekelilingnya, mendengarkan dan meniru segala teladannya…..hingga sang bintang ini semakin besar, menyinari dan menghangatkan semua yang ada di sekitarnya dengan semua ilmu dan nasehat kelilmuan serta hakikat-hakikat kehidupan pada setiap muridnya…. dan pada saat sang guru ini menua…laksana bintang yang menua, beliau akan mempersiapkan banyak hal sebelum kepergiannya dengan menciptakan calon-calon bintang-bintang baru dan ledakan supernova dari sang maha guru inilah yang akan menjadikan energi kejut bagi bintang bintang baru yang lahir sesudahnya…. Subhanallah….

Di akhir tulisan ini penulis ingin mempersembahkan tulisan ini bagi guru besar kami yang telah hadir sebagai bintang yang senantiasa menyinari dan menghangatkan hati kami untuk semangat dalam meraih derajat keilmuan yang lebih tinggi serta menanamkan banyak hakikat serta filosofi hidup untuk mencapai hidup yang sempurna dan paripurna. Dan setiap saat selalu mangingatkan penulis dengan kata kata “kita harus ingat darimana kita berasal, kelak kita akan pergi kemana dan antara datang dan pergi ini apa yang telah kita isi dan kita lakukan? Sebanyak apa ilmu yang telah kita dapat dan amalkan?” …. Subhanallah…. meleleh air mata mengingat kebijakan dan filosofi beliau dalam memandang hidup.

Hidup harus terus belajar, selalu iqro’, mengamalkan ilmu entah pakai cara dan jalan apa dan senantiasa bekerja keras untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dan ledakan supernova beliau benar benar memiliki daya kejut yang luar biasa dan dorongan kuat bagi kami calon bintang baru yang beliau lahirkan. Pesan terakhirnya adalah beliau ingin menjadi pohon pisang yang berbuah hanya sekali dan banyak untuk kemudian mati tapi tunas tunas yang dipersiapkan dan akan ditinggalkannya banyak…. Subhanallah … sebuah motivasi hidup bagi kami semua.

Sugeng kondur (selamat berpulang) bapak kami, guru kami Prof. Dr. H. Agustitin Setyobudi, MM.Ph.D. Semoga Allah menerima semua amal sholeh beliau atas keilmuannya, bangga sekali menjadi murid beliau dan dapat berjajar bersama barisan guru-guru besar sahabat beliau. Dan doa yang sama untuk guru-guru saya yang telah berpulang serta rekan rekan guru yang telah mendahului saya…. semoga Allah membalas setiap amalan ilmu-ilmu dan didikannya nya dengan kelapangan, kesejukan serta cahaya yang senantiasa menerangi beliau di alam Bakanya, dan semoga kelak kita akan berkumpul kembali dalam kepulangan yang indah layaknya SUPERNOVA….

Baca Selanjutnya

DARI PENULIS

BERITA TERKAIT

IKLAN

TERBANYAK DIBACA

BACA JUGA