Aqâbat al-‘Awâiq (godaan-godaan), pada bahagian ini al-Syaikh menyebutkan empat (4) bentuk godaan manusia dalam beribadah. 1) godaan dunia, kerana itu mesti di atasi dengan i’tizal dan berlaku zuhud dalam erti mengurangi ketergantungan dengannya. Dunia dicari dan diletakkan di depan mata tidak dimasukkan ke dalam hati, sebab bila dibawa ke dalam hati akan dapat mempengaruhi hubungan kita dengan Allah Azza Wa Jalla. Firman Allah subahanu wa ta’ala dalam surat al-Syûra’/42:20
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ.
Maksudnya: “Sesiapa yang menghendaki (dengan amal usahanya) mendapat faedah di akhirat, Kami akan memberinya mendapat tambahan pada faedah yang dikehendakinya; dan sesiapa yang menghendaki (dengan amal usahanya) kebaikan di dunia semata-mata, Kami beri kepadanya dari kebaikan dunia itu (sekadar yang Kami tentukan), dan ia tidak akan beroleh sesuatu bahagian pun di akhirat kelak”. Dalam hadits Rasulullah bersabda;
قال النبي صلى الله عليه وسلم: إذا أراد الله بعبد خيرا زهده في الدنيا ورغبه في آخرة وبصره عيوب نفسه
Maksudnya: “Apabila Allah menginginkan kebaikan pada seorang hambaNya, maka Dai akan mengurangkan hatinya tergantung dengan dunia, menggiatkan hatinya terhadap akhirat dan membukakan aib dirinya agar terhindar dari perilaku maksiat.
2) godaan manusia, berinteraksi dengan manusia terkadang menjauhkan kita dari interksi kepada Allah, kerana itulah uzlah dalam erti mengurangkan interaksi dengan orang-orang yang tidak memberi manfaat dalam beribadah kepada Allah. Dalam hal ini Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا رأيتم الناس مزجَتْ عُهُودُهُمْ وَأَمَانَاتُهُمْ وَاخْتَلَفُوا فَكَانُوا هَكَذَا وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ فَقَالُوا وَكَيْفَ بِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تَأْخُذُونَ مَا تَعْرِفُونَ وَتَذَرُونَ مَا تُنْكِرُونَ وَتُقْبِلُونَ عَلَى أَمْرِ خَاصَّتِكُمْ وَتَذَرُونَ أَمْرَ عَامَّتِكُمْ.
Maksudnya: “Jika kalian menjumpai manusia sudah mengingkari janji-janji dan amanatnya dan berselisih paham antara mereka, maka kata sahabat, bagaimana sikap kami ya Rasulullah?, Rasul menjawab; ”ambil apa-apa yang kalian yakini baik dan tinggalkan apa-apa yang kalian tidak tahu dan kerjakan perkara-perkara yang khusus serta tinggalkan perkara-perkara yang umum (tinggalkan interaksi dengan segenap masyarakat yang tiada memberi manfaat)”.
3) al-Syaithan, dalam perkara ini mesti diyakini bahawa setan merupakan musuh yang nyata sepertimana ditegaskan Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah/2:168, …Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkahnya setan kerana dia adalah musuhmu yang amat nyata.
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Dalam surat Fathir/35:06 Allah berfirman;
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Maksudnya: “Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang sangat nyata bagimu, maka jadikanlah dia musuh yang mesti dijauhi tipu dayanya, sebenar-benarnya ia akan mengajak kalian untuk masuk bersama ke dalam neraka”.
4) Hawa nafsu, hawa nafsu yang paling rendah iaitu nafsu al-ammârah sentiasa mengajak manusia untuk melakukan penyimpangan terhadap hokum dan ketentuan Ilahi, kerana itu berhati-hatilah, jangan memperturutkan segala yang diinginkannya, hadapilah, terangi diri kita dengan nur pengetahuan, jika kita dapat mengetahui segala bentuk tipu-dayanya, maka akan dapat menghindar dari ajakan setan, namun jika kita mengenal bisikan-bisikan halusnya, maka kita akan tergelincir ke dalam lembah kenistaan bersamanya.
Masalah hawa nafsu ini ditegaskan Rasulullah dalam hadits terkait dengan peperangan;”kita telah kembali dari peperangan yang kecil menuju peperangan yang besar”. Hadits tersebut diucapkan baginda setelah selesai berperang melawan kafir Quraisy. Semua ini berarti perang yang sebenarnya melawan hawa nafsu, karena berperang dengan musuh ada awal dan akhirnya, namun melawan hawa nafsu terus-menerus hingga ajal menjemput kita.
Dari huraian di atas jelaslah bahwa al-syaikh menyebutkan emoat macam media penggoda bagi setiap manusia untuk menjauhkan kita dari hadrat Ilahi (dekat dengan Allah). Maka dengan mengetahui keempat alasan tersebut kita dapat menjauh sejauh mungkin atau paling tidak mengurangi ketergantungan kita dengan hambatan tersebut. Semoga kita selalu dalam ridla dan bimbingan Allah Azza Wajalla. Amin