Sinar5news – Proses diagnosis dilakukan oleh dokter spesialis berdasarkan hasil wawancara dan keluhan yang dialami pengidap. Kemudian, dokter melanjutkan proses diagnosis dengan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang lain. Berikut ini beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan:
- Pemeriksaan darah lengkap, yang dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit dalam tubuh seseorang.
- Pemeriksaan fungsi hati, yang dilakukan dengan memeriksa kadar enzim dan protein darah untuk mengetahui kondisi organ hati.
- Kultur darah, yang dilakukan dengan pemeriksaan diagnostik untuk mendeteksi adanya bakteri, jamur, atau parasit dalam hati.
- Kultur cairan abses, yang dilakukan untuk mendeteksi bakteri penyebab abses hati piogenik.
- Rontgen, yang dilakukan dengan menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik untuk menampilkan gambar bagian tubuh yang dibutuhkan.
- Ultrasonografi (USG), yang dilakukan dengan menggunakan teknologi gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menampilkan gambar bagian tubuh yang dibutuhkan.
- Computerized tomography scan (CT scan), yang dilakukan dengan menggabungkan teknologi sinar-X dan sistem komputer untuk menampilkan gambar bagian tubuh yang dibutuhkan.
- Aspirasi jarum halus, yang dilakukan dengan memasukkan jarum halus melalui kulit untuk mengambil sampel berupa cairan atau jaringan.
- Drainase kateter perkutan, yang dilakukan dengan memasang kateter guna mengalirkan cairan yang mengendap dalam organ hati.
Pengobatan Abses Hati
Dalam intensitas ringan hingga sedang, pengidap dapat membaik dalam waktu 2 minggu setelah mengonsumsi obat-obatan dan prosedur pembuangan nanah. Jika penyebab abses dipicu oleh amuba, maka pengidap akan mengalami demam ringan selama 4-5 hari.
Selain mengonsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter, pengidap wajib menerapkan pola hidup sehat, rajin mencuci tangan, dan rutin memeriksakan diri ke dokter. Jika abses terjadi dalam intensitas parah, prosedur operasi disarankan. Namun, jika pengidap memiliki kondisi tubuh yang tidak stabil untuk melakukan operasi, terapi antibiotik disarankan.
Setiap proses pengobatan tentu ada efek sampingnya masing-masing, tidak terkecuali terapi antibiotik. Efek samping yang dirasakan tergantung pada jenis obat yang diberikan. Oleh karena itu, sebelum diresepkan, sebaiknya beritahu dokter jika memiliki riwayat alergi pada obat-obatan.
Pencegahan Abses Hati
Abses hati yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan dari organ lain dapat dicegah dengan melakukan beberapa langkah berikut:
- Menjaga kebersihan.
- Pola makan dan hidup yang teratur, agar daya tahan tubuh selalu terjaga.
- Jika mengidap suatu penyakit, segera periksakan diri ke dokter dan atasi hingga benar-benar sembuh.
- Hindari konsumsi alkohol dan obat-obatan yang tidak diperlukan.
Komplikasi Abses Hati
Pengidap abses hati yang dipicu oleh bakteri berisiko tinggi kehilangan nyawa jika tidak diterapi secepatnya. Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi komplikasi dari abses hati:
- Ruptur abses, yaitu pecahnya kantung nanah.
- Sepsis, yaitu peradangan ekstrem akibat infeksi yang mengancam nyawa.
- Peritonitis, yaitu peradangan pada selaput tipis yang membatasi dinding perut bagian dalam dan organ-organ di dalamnya.
- Empiema, yaitu menumpuknya nanah di ruang antara paru-paru dan dinding dada.
- Endoftalmitis, yaitu peradangan di dalam bola mata akibat infeksi yang sudah berkembang.
Gejala serius pada pengidap mengindikasikan kondisi yang mengancam nyawa. Berikut ini beberapa kondisi yang membutuhkan penanganan medis darurat:
- Pengidap mengalami perubahan mental dan perilaku secara mendadak, seperti kebingungan, delirium, lesu, halusinasi dan delusi.
- Mengalami demam tinggi di atas 40 derajat Celsius.
- Pengidap terlihat tersentak-sentak saat bergerak.
- Merasa sangat lesu.
- Mengalami peningkatan detak jantung.
- Pengidap mengalami sesak napas, kesulitan bernapas atau ketidakmampuan bernapas, atau tersedak saat bernapas.
- Mengalami rasa sakit yang sangat parah.
- Pengidap mengalami muntah-muntah parah hingga dehidrasi.