Alam Menyapa, Banjirpun Datang di Tengah Pandemi yang Terus Meningkat

Alam Menyapa, Banjirpun Datang di Tengah Pandemi yang Terus Meningkat

Oleh: Abdurrahman, S.Pd.I

Belum usai persoalan pandemi covid-19 yang kian hari kian meningkat dan makin menghawatirkan, kini Indonesia dihadapkan pada bencana banjir yang terus menghantam berbagai wilayah di tanah air. Indonesia bukan saja rawan terhadap banjir namun juga rawan terhadap gempa bumi. Sebelumnya di awal tahun 2021 kemarin kita menyaksikan gempa bumi yang mengguncang mamuju sulawesi barat dan sekitarnya yang meluluh lantahkan rumah-rumah warga.

Seringnya alam menyapa manusia lewat bencana yang hadir silih berganti dalam berbagai bentuk. Tentu tidak datang begitu saja melainkan ada sebab yang menyertainya. Teringat potongan lagu Ebit G Ade yang populer di Indonesia.

“Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa”

Potongan bait lagu tersebut mengingatkan kepada kita bahwa ketika tingkah laku manusia sudah melewati batas kewajaran terhadap alam di sekitarnya maka alampun akan merespon dengan caranya sendiri. Banjir, gempa bumi, tsunami, tanah longsor hingga letusan gunung merupakan bagian dari cara alam merespon tingkah laku manusia terhadapnya.

Benar bahwa banjir memang terjadi karena debit air yang melimpah yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Namun penulis memiliki keyakinan bahwa jika hutan dipelihara dengan baik, sungai-sungai ditata dengan rapi, sampah-sampah di olah dengan baik dan tidak membuangnya dengan sembarangan maka setinggi apapun curah hujan, airnya akan mengalir dengan sewajarnya tampa mengakibatkan banjir yang justru merugikan manusia itu sendiri.

Kita harus akui bahwa persoalan kerusakan hutan (illegal logging) masih marak dilakukan oleh oknum masyarakat maupun kelompok tertentu yang tidak bertanggung jawab demi meraih keuntungan pribadi. Kita harus akui bahwa masyarakat sering kali lalai dan menyepelekan persoalan sampah sehingga sampah dibiarkan tidak terkelola dengan baik dan bahkan di buang di sembarang tempat. Kita juga harus akui bahwa pemerintah kita dengan aparat hukumnya belum sepenuhnya tegas dalam menerapkan hukum terhadap berbagai kasus illegal logging yang selama ini terjadi.

Maka jangan heran dampak dari itu semua, setiap tahun kita harus berjibaku dengan bencana banjir. Semua aktifitas terganggu lantaran rumah tergenang oleh banjir dan bahkan terkadang bukan saja kerugian materil yang dialami oleh masyarakat namun tak jarang hingga menelan korban jiwa akibat derasnya arus air yang mengalir. Hal itu telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia termasuk provinsi NTB.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB, Madani Mukarom beberapa waktu lalu mengatakan bahwa kondisi hutan di NTB sekitar 53 persen dari luas NTB sudah banyak rusak akibat pembalakan dan kebakaran hutan yang mencapai 360.000 hektare sampai Oktober 2020.

“Kerusakan hutan terdiri atas ‘illegal logging’, peladangan hutan, penggarapan hutan adat, pembuatan pemukiman dan lain-lain,” ujarnya seperti yang dikutip di Antaranews Minggu 25 Oktober 2020.

Jika demikian yang terjadi maka sudah sewajarnya manusia mengevaluasi diri, baik itu masyarakat umum maupun pemerintah. Kita yakin bahwa jika saja masyarakat sadar akan lingkungan dan pemerintah tegas dalam menerapkan aturan maka segala hal buruk yang dikeluarkan oleh alam di sekitar kita tidak akan terjadi.

Dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 41, Allah SWT telah mengingatkan kepada ummat manusia akan dampak dari kerusakan yang mereka lakukan di muka bumi.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)

Ayat inipun memberikan rambu-rambu bahwa hendaknya manusia bersahabat dengan alam di sekitarnya. Bukankah manusia memang di ciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dan tugas-tugas kekhalifahan di muka bumi, salah satunya adalah memelihara bumi dan seisinya. Sehingga tidak dibenarkan manusia merusak alam hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya tampa menyadari dampaknya untuk mahluk hidup di sekitarnya.

Pada akhirnya sebagai solusi terhadap bencana banjir yang melanda tanah air saat ini. Ada beberapa hal yang harus diikhtiarkan oleh masyarakat dan pemerintah.

Pertama: Mau tidak mau masyarakat harus menghilangkan kebiasaan buruknya selama ini, yang hobi menebang pohon secara liar demi keuntungan pribadi yang sifatnya sesaat. Kebiasaan membabat hutan dan membuang sampah di sembarang tempat tampa memperdulikan kerusakan lingkungan yang diakibatkan olehnya.

Kedua: Pemerintah harus menciptakan terobosan baru untuk menata sungai-sungai dan juga memastikan kelestarian hutan betul-betul terjaga. Langkah ini membutuhkan komitmen pemerintah pusat maupun daerah untuk menerbitkan Perpres, Permen hingga Perda khusus untuk penanganan kawasan hutan dan memecahkan persoalan sampah di tanah air.

Ketiga: Pemerintah harus tegas dalam menerapkan hukum tampa memandang bulu. Tegas terhadap pelaku kerusakan hutan hingga pelaku illegal logging. Dan bukan hanya sebatas tegas terhadap pelaku kerusakan namun juga harus memastikan ketegasan itu untuk para petugas aparat yang mencoba bermain-main (kong-kalikong) dengan para pelaku kerusakan hutan dan illegal logging.

Setidaknya tiga poin ini penting untuk menjadi langkah-langkah kongkrit pemerintah kedepan. Dan yang lebih utama dari itu semua adalah kesadaran dari masyarakat akan pentingnya menjaga, merawat dan melestarikan lingkungan alam disekitarnya.

Berhentilah membabat hutan
Berhentilah melakukan illegal logging
Berhentilah membuang sampah di sembarang tempat
Berhentilah penggarapan hutan secara ilegal
Berhentilah membakar hutan untuk kepentingan sesaat

Semoga kita semua menyadari akan tugas dan tanggung jawab kita sebagai Khalifah Allah SWT di muka bumi.

Wallahua’lam Bissawab.

Mataram Monjok, 25 Februari 2021

Baca Selanjutnya

DARI PENULIS

BERITA TERKAIT

IKLAN

TERBANYAK DIBACA

BACA JUGA