Renungan Seorang Musafir : Tujuan Menuntut Ilmu

Renungan Seorang Musafir : Tujuan Menuntut Ilmu

Oleh Harapandi Dahri
 
Belajar satu bab daripada ilmu lebih baik dibandingkan dengan dunia serta isinya.
عَنْ إِبْرَاِهْيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمْ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ تَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ يَنْتَفِعُ بِهِ فِيْ آخِرَتِهِ وَدُنْيَاهُ أَعْطَاهُ اللهَ خَيْرًا لَهُ مِنْ عُمُرِ الدُّنْيَا سَبْعَةَ آلاَفِ سَنَةٍ صِيَامُ نَهَارُهَا وَقِيَامُ لَيَالِيْهَا مَقْبُولًا غَيْرُ مَرْدُوْدٍ.

Artinya: “Dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa mempelajari satu bab dari ilmu yang bermanfaat bagi dunianya dan akhiratnya maka Allah memberinya yang lebih baik baginya dari tujuh ribu umur dunia yang siangnya digunakan berpuasa dan menghidupkan malamnya yang ibadah tersebut diterima dan tidak ditolak”.
 
Ibn ‘Athaillah berkata: “Katakanlah bahwa ketika kata ilmu disebutkan berulang kali dalam al-Qur’an dan sunnah Rasulullah, maka ia bermaksud ilmu yang bermanfaat yang dilengkapi rasa takut dan cemas. Hal tersebut dapat dilihat dalam firman Allah yang bererti “Hamba yang takut kepada Allah hanya orang yang berilmu” (QS. Fathir:28). Allah menegaskan bahwa ilmu selalu diiringi dengan rasa takut. Nabi dalam sebuah haditsnya bersabda; “Ulama adalah pewaris para nabi (HR. al-Tirmidzi).
Dari ayat dan al-hadits tersebut dapat dijelaskan bahawa orang berilmu memiliki tujuan agar semakin takut (dekat) kepada Allah. Selain itu juga agar mendapatkan ilmu yang mampu mengalahkan hawa nafsu serta menghancurkan syahwat. Kerana itulah Nabi berdoa “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat”.

Nabi juga mengingatkan kepada ahli ilmu untuk tidak menjadikan segala sesuatu menjadi tujuannya, melainkan hanya kepada Allahlah kita mengarahkan semua usaha dan amalan kita. “Barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya ditujukan untuk mencari ridha Allah, tetapi ia mempelajarinya untuk mendapatkan dunia, kelak pada hari kiamat ia tidak akan mencium bau surga”. (HR. Abu Daud, Ibn Majah dan Ahmad).

Dalam hadits yang sangat populer Rasulullah bersabda yang bermakna “Sesiapa yang menuntut ilmu agar ia dapat membanggakan diri di antara para ulama, untuk mendebat dengan orang bodoh (jahil) dan untuk menarik perhatian manusia, maka tempatnya adalah neraka”. (HR. Ibnu Majah).

Ilmu yang disertai rasa takut adalah ilmu yang dapat menunjukkan jalan ke surga, pengetahuan tentang detail-detail penyakit jiwa dan berbagai faktor yang merusak amal, pengetahuan tentang kehinaan dunia dan orang-orang yang mengejarnya adalah hakikat ilmu yang sebenarnya. (Tajul Arus, Ibn ‘Athaillah Al-sakandari:471).

Dalam kata-kata hikmah Ibn ‘Athaillah al-Sakandari berkata, “Ilmu yang disertai rasa takut akan memberi manfaat kepadamu. Jika tidak, ilmu itu akan menjadi penyebab bencana. Ilmu yang disertai rasa takut akan memberi manfaat dunia dan akhirat, demikian juga sebaliknya bahawa ilmu yang tiada rasa takut di dalam jiwa akan memberi mudharat dalam kehidupan akhiratnya. Puncak ilmu ialah mengenal Allah dan kurniaNya serta menyadari bahawa hanya Dialah yang patut disembah”.  (Tajul Arus, Ibn ‘Athaillah al-Sakandari:472).

Ilmu yang mesti dituntut oleh seorang manusia yang mengharapkan ridha Allah ialah ilmu bermanfaat yakni ilmu-ilmu untuk mengenal keesaan Allah termasuk di dalamnya ilmu tentang kecintaan kepada Allah, kecintaan kepada rasulNya, kecintaan kepada para sahabat dan keyakinan bahwa kebenaran bersama jamaah”. (Tajul Arus, Ibn ‘Athaillah Al-sakandari:477).

Ilmu bermanfaat ialah ilmu yang cahayanya terhujam dalam dada (al-Shadr) dan tirainya tersingkap dari hati dan menerangi insan dan makhluk Allah yang lain. Ilmu bermanfaat ialah yang dapat berdaya guna bagi kepentingan Agama. Rasulullah bersabda “Cintailah Allah kerana Dia telah memberikan berbagai nikmatNya kepada kalian. Cintailah diriku melalui cintamu kepada Allah, cintailah keluargaku melalui cintaku kepada mereka”. (HR. Al-Tirmidzi).
Ilmu dan ibadah adalah dua perkara yang tidak dapat diabaikan, kerana sebab keduanya inilah langit dan bumi diciptakan, wahyu-wahyu Allah diturunkan, para rasul diutus adalah kerana ilmu dan ibadah.

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu (QS. Adz-Dzariyat:57). Kerana itulah sepatutnya setiap manusia tidak menyibukkan dirinya dengan perkara-perkara selain keduanya.
Jadi pada dasarnya tujuan utama dari menuntut ilmu ialah agar manusia lebih takut (al-khasyah) kepada Allah dan untuk dapat memberi manfaat bagi makhluk-makhluk Allah Azza Wajalla.
Tujuan lain daripada menuntut ilmu seperti dinyatakan Habib Zain ibn Ibrahim ibn Smith dalam al-Fawaid al-Mukhtarah/13. Untuk menjaga agar hati terus hidup tidak mengalami kematian seperti halnya orang sakit akan mati jika tidak memakan dan meminum obat. Kematian hati dapat terjadi jika selama tiga hari tidak mendapatkan siraman hikmah (ilmu dan nasihat).

Habib al-Idrus al-Hambsy menambahkan ilmu merupakan gizi hati, kerana itulah beliau selalu berdoa setiap selesai dari majlis ilmu:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلَاقُوَّةٍ.
Maksudnya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makanan ini dan telah merezekikannya tanpa usaha dan kekuatan”. (Muhammad Zain. Alfawaid al-Mukharah/13).

Dari doa yang dibaca oleh al-Habib terlihat jelas bahwa ilmu sama dengan makanan yang dikonsumsi oleh setiap manusia, jika makanan yang dimakan halal dan thayyiban maka tubuh badan selain sehat juga akan dapat memberikan motivasi dalam mendekatkan diri kepada Allah. Demikian juga halnya dengan ilmu, jika ilmu yang dituntut adalah ilmu agama, maka akan dapat menjadi media bertaqarrub kepada Allah Azza Wajalla.

Baca Selanjutnya

DARI PENULIS

BERITA TERKAIT

IKLAN

TERBANYAK DIBACA

BACA JUGA