Prof Dr Harapandi :Manusia Hewan?

Prof Dr Harapandi :Manusia Hewan?

 Dalam Ilmu Mantik, manusia populer dengan Istilah “Al-Insanu Hayawan al-Natiq”. Istilah ini merupakan al-Dalalah al-Lafziyyah. menunjukkan bahwa Manusia memang termasuk dalam katagori Hewan, namun yang dapat berkata-kata, berpikir, berargumen.

 
Jika sifat hewan yang dominan yakni dengan tidak memaksimalkan fungsi akal, berpikir untuk memperoleh kebajikan dan menjalankan hasil pikirannya dengan baik dan benar, berarti –memang– kita adalah HEWAN yang bertubuh Manusia.

Kalau tidak ingin Istilah tersebut terhenti pada kata “HEWAN”, maka berpikirlah, bekerjalah, dan beribadahlah untuk kepentingan dirimu bukan untuk Allah. Aristoteles pernah bilang kalau “manusia adalah hewan yang berpikir”. Bagaimana dengan manusia? apa fungsi manusia yang sesuai dengan keunikan yang hanya dimiliki manusia saja? apakah fungsi manusia hidup hanyalah untuk makan?

Jawabannya pasti bukan, karna hewan juga makan. Apakah fungsi manusia hanyalah untuk kawin? jawabannya juga pasti bukan, karna hewan juga kawin. Fungsi manusia hanya untuk bekerja? Semut juga bekerja. Jawaban yang paling tepat adalah manusia diciptakan dengan keunikan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu akal.

Manusia harus menggunakan akalnya agar hidupnya tidak sia-sia seperti pisau yang tumpul tadi. “Manusia adalah hewan yang berpikir”. kalau manusia tidak berpikir atau tidak menggunakan akalnya, maka yang tinggal dari manusia tersebut hanyalah hewannya saja. Begitu kata Aristoteles.
 
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam sebuah hadith Qudsi berfirman:
 
“Law Ijtamaat al-Insânu Min al-Masyriq ila al-Maghrib ila an Ya’shiyani lamâ Naqashat Mulqi, walaw ijtamaat al-Insanu Min al-Masyriq ila al-Maghrib alâ An Yu’thianî lamâ Zâdat Mulkî” .
 
Maksudnya:Seandainya seluruh manusia berkumpul dalam satu kemaksiatan untuk mendurhakaiKu, niscara KerajaanKu tidak akan pernah berkurang dan seandainya mereka semua berkumpul untuk berbuat taat kepadaKu, maka kerajaanKu tidak pula akan bertambah.
 
Memang Benar Allah tidak memerlukan HambaNya, terserah mau mendurhakai perintah ataukah mentaatiNya, sama sekalai tidak akan ada pengaruhnya bagi ke-Agungan dan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Perintah untuk beribadah dimaksudkan –hanya– untuk Kita bukan untuk Allah. Oleh karena itu beribadahlah untuk dirimu semata-mata karena Allah karena hidupmu sangat ditentukan oleh dirimu sendiri.

Jika ingin bahagia di alam akhirat, tentukan dari sekarang, tanam kebajikan bukan kejahatan. Kebajikan tidak hanya dalam wujud materil tapi dapat berbentuk immaterial. Bahagia dan sedih sangat ditentukan oleh sikap saat ini. Jadilah manusia yang memberi manfaat bukan menebar mudharat. Khairunnas anfauhum linnas; sebaik-baik manusia ialah yang paling betmanfaat bagi manusia lain.

Wallahu a’lamu bi al-Shawab

Baca Selanjutnya

DARI PENULIS

BERITA TERKAIT

IKLAN

TERBANYAK DIBACA

BACA JUGA