POTRET PONDOK PESANTREN NAHDLATUL WATHAN JAKARTA “Dukungan Dari Masyarakat Jakarta” Oleh : H.Muslihan Habib

POTRET PONDOK PESANTREN NAHDLATUL WATHAN JAKARTA “Dukungan Dari Masyarakat Jakarta” Oleh : H.Muslihan Habib

Selain dukungan yang kuat dari Maulana Syaikh terhadap lahirnya pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, maka sambutan dan dukungan yang tidak pernah terlupakan juga adalah smabutan dan dukungan penuh yang datang dari berbagai kalangan masyarakat Jakarta. Sehingga, kiprah pesantren ini pun sampai saat ini, ternyata sangat erat dengan semua kalangan masyarakat.

Secara gelobal Jakarta sebagai Ibu Kota negara, tempat lahirnya pesantren Nahdlatul Wathan ini adalah dikenal sebagai daerah yang penduduknya sangat majmuk. Di sebut majmuk, karena masyarakat yang tinggal di wilayah ini di tinjau dari sisi ras, agama dan suku bangsa adalah sangat variatif. Untuk agama dan suku bangsa, boleh dikatakan, secara mayoritas Jakarta adalah daerah tempat berkumpulnya semua agama dan suku bangsa yang ada di Indonesia. Untuk suku bangsa, mereka umumnya berasal dari suku Jawa, Suku Sunda, Suku Minang, suku Batak dan lain-lainnya dan termasuk suku Betawi yang merupakan suku asli yang mendiami wilayah Jakarta ini.

Penerimaan, sambutan dan dukungan positif masyarakat Jakarta terhadap pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, setidaknya dilatarbelakangi oleh empat hal, yaitu; Kesamaan dalam Madzhab, kiprah pesantren, keikhlasan para guru dan Figur pimpinan pesantren yang bersahaja.
Kesamaan madzhab dan kesamaan model keberagamaan atau keIslaman yang dianut oleh masyarakat sekitar dengan Nahdlatul Wathan yang umumnya memiliki kesamaan, maka hal inipun dapat disebut sebagai modal awal para pendiri pesantren ini mendapatkan sambutan dan dukungan yang kompak dari masyarakat Betawi dan masyarakat Jakarta umumnya.

Diantara nama-nama sesepuh masyarakat Betawi dan sesepuh lainnya dari berbagai kalangan yang banyak memberikan dukungan awal dalam sejarah lahir dan berkembangnya pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta adalah H. Rahman Agam (alm), H. Taim, H.Sutopo (alm), H.Anwar (alm), H.Heru (alm), H. Samang Gafin (alm), Jamin Sudarmin (alm) dan Ibu Sudarmin, H. Zubaidi (alm), H. Sakim (alm), Ibu Yakut (alm), H. Nayar (alm), H. Jaba (alm) dan lain-lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan secara rinci dan umumnya juga sudah banyak yang telah meninggal dunia. Semoga segala amal ibadahnya diterima oleh Allah subhanahu wa ta`ala. Amin

Masyarakat muslim Indonesia, memang pada umumnya juga mayoritas menganut faham Ahlussunnah Wal Jama`ah. Dalam bidang tauhid merujuk pada Imam Abu Hasan Ali al-`Asya`arid an Imam Abu Mansur al-Maturidi. Sementara dalam bidang Fiqh, merujuk pada salah satu Imam Madzhab yang empat, yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi`I dan Imam Hambali. Dan khusus dalam bidang tasawuf, merujuk pada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani atau Imam al-Ghazali.

Dalam konteks ini, Nahdlatul Wathan (NW) secara organisatoris adalah merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan Islam yang memperjuangkan ideologi atau faham Ahlussunnah Wal Jama`ah , yang dalam bidang tauhid merujuk pada Imam Abu Hasan Ali al-Asya`ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Sementara dalam bidang Fiqh, merujuk pada salah satu Imam Madzhab Yang empat juga, yaitu Imam Syafi`i radhiallaahu `anhu. Dan khusus dalam bidang tasawuf, merujuk pada tasawufnya Imam al-Ghazali radhiallaahu `anhu.

Dengan demikian, setiap santri atau siswa-siswi dan jamaahnya yang belajar, menimba ilmu pengetahuan di madrasah-madrasah Nahdlatul Wathan umumnya dan pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta khususnya, maka dengan sendirinya para guru-guru dan kyai yang mengajarkannya, adalah menerapkan model keIslaman yang mengarah pada ideologi atau faham Ahlussunnah Wal Jama`ah, yang dalam bidang tauhid merujuk pada Imam Abu Hasan Ali al-`Asya`arid an Imam Abu Mansur al-Maturidi. Sementara dalam bidang Fiqh, merujuk pada salah satu Imam Madzhab Yang empat juga, yaitu Imam Syafi`i radhiallaahu `anhu. Dan khusus dalam bidang tasawuf, merujuk pada tasawufnya Imam al-Ghazali tersebut.

Kedatangan para calon mahasiswa yang berasal dari Pulau Lombok dan terdampar di tanah Betawi Jakarta ini, mereka membaur dengan semua lapisan masyarakat. Mereka membawa serta menerapkan ajaran-ajaran Islam sesuai dengan tradisi atau kebiasaan Nahdlatul Wathan seperti diatas. Hal ini, ternyata memiliki kesamaan dengan tradisi-tradisi ke-Islaman yang ada di tanah Betawi tempat tumbuh dan berkembangnya pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.

Tradisi-tradisi ke-Islaman dalam Ahlussunnah wal-Jama`ah dan tradisi keberagamaan, seperti tahlilan terhadap seseorang yang meninggal dunia dan selamatan-selamatan lainnya, membaca rawi (kitab al-Berzanji), dan lain-lainnya seperti itu adalah tradisi-tradisi yang biasa dilakukan dalam komunitas Nahdlatul Wathan juga. Oleh sebab itu, dalam penerapan cirri-ciri khas atau identitas Nahdlatul Wathan sendiri, seperti membaca Hizib Nahdlatul Wathan, mengamalkan Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan, adalah suatu hal yang biasa dan memiliki relevansi dengan kebiasaan masyarakat suku Betawi, suku Jawa, Sunda dan lain-lainnya yang ada di Jakarta. Fenomena seperti ini, kemudian kami asumsikan sebagai salah satu yang melatarbelakangi eksis dan berkembnagnya pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, sehingga mendapatkan sambutan dan dukungan luas dari masyarakat.

Disamping kesamaan madzhab, sambutan masyarakat seperti yang telah dijelaskan di atas sebagai latar belakang terhadap kehadiran pesantren Nahdlatul wathan Jakarta, maka dalam konteks ini juga ada sisi lainnya yang penulis nilai tidak kalah pentingnya juga, yaitu terkait dengan keikhlasan para guru-gurunya yang mengajar dan pimpinan pesantren yang sangat bersahaja.

Para pendiri dan secara spesifiknya lagi Ustadz H.Muhammad Suhaidi sebagai pimpinan serta staff dan para guru (ustadz/ustadzah) pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta adalah orang-orang melaksanakan tugas dan pengabdian di pesantren ini tanpa pamrih, yakni penuh dengan nilai-nilai keikhlasan dalam rangka hanya mencari ridha Allah Subhaanahu wa ta`ala semata. Setiap melangkah dalam perjuangan dan pengabdiannya, mereka selalu berpijak pada tujuan Nahdlatul Wathan, yakni “ Li`la-I Kalimatillah wa idzzil Islam wa al-muslimin” ( Menegakkan kalimat/agama Allah Subhaanahu wa ta`ala dan memuliakan Islam serta kaum muslimin). Jadi, sepak terjang dalam melaksanakan aktivitas memperjuangkan Islam melalui pesantren ini, sekaligus melalui organisasi Nahdlatul wathan (NW) umumnya adalah sangat diwarnai oleh nilai-nilai dan semangat perjuangan yang luhur dan tulus, yakni semata-mata mencari ridha Allah subhanahu wa ta`ala. Oleh sebab itu, dapatlah dikatakan, bahwa pada esensinya, pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta ini, tidaklah seperti sebuah pabrik yang dikomirsilkan untuk mendapatkan materi sebanyak-banyaknya.
Disamping itu pula, secara sepesifik bahwa Pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta yang dipimpin oleh Ustadz Drs.H.Muhammad Suhaidi adalah seorang pimpinan yang bersahaja. Ia merupakan pimpinan pilihan Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pendiri organisasi Nahdlatul wathan (NW), yang seolah diutus datang untuk merintis dan mengembangkan pesantren ini. Dan memang, ketika masa hayatnya Maulana Syaikh, ia selalu dekat dan sering dipanggil menghadap, lebih-lebih terkait dengan pengembangan pesantren, karena Maulana syaikh meninginkan sekali, suatu saat nanti pesantren Nahdlatul wathan Jakarta ini sebagai kiblat Nahdlatul Wathan (NW).

Drs. H.Muhammad Suhaidi yang kerap dipanggil Ustadz oleh para murid dan jamaahnya adalah pimpinan yang memimpin pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta ini, sejak awal berdirinya sampai saat sekarang ini. Ia melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan law profil, penuh amanah, ikhlas dan istiqamah. Bahkan, ia telah berikrar dengan ikhlas mewaqafkan diri pribadinya untuk perjuangan pesantren ini khususnya dan perjuangan Nahdlatul Wathan (NW) umumnya.

Kepribadiannya yang bersahaja dalam memimpin dan pola hidupnya yang sederhana, ternyata dari sisi ini ia mendapatkan sambutan dan dukungan serat simpati dari berbagai lapisan masyarakat dalam mengembangkan misi pesantren ini. Iapun adalah sosok pemimpin pesantren yang mendapatkan simpati dan wibawa yang tinggi dari para murid dan jamaahnya. Oleh sebab itu, kehadiran dan perkembangan pesantren Nahdlatul wathan Jakarta khususnya dan cabangnya yang sudah terbentuk di wilayah Bekasi (Kampung Gabus) Jawa Barat, juga di Bogor jawa Barat, tidak pernah lepas dari figure sentralnya Ustadz Suhaidi ini.

Baca Selanjutnya

DARI PENULIS

BERITA TERKAIT

IKLAN

TERBANYAK DIBACA

BACA JUGA