Kasih Sayang

Kasih Sayang

Oleh :Prof Dr H Harapandi Dahri

اَلْخَلْقُ كُلُّهُمْ عِيَالُ اللهِ وَأَحَبَّ خَلْقِهِ إِلَيْهِ أَنْفَعُهُمْ لِعِيَالِهِ

Semua ciptaan Allah (makhluk) itu adalah Keluarga Allah. Yang paling dicintai Allah yang paling berguna bagi sesama keluarganya. (Hadits Thabrany).
Hadits tersebut mengajarkan kita agar selalu saling menyayangi, tidak saling menzolimi qaulan (ucapan) ataupun fi’lan (perbuatan). Orang terbaik disisi Allah bukan mereka yang paling rajin rukuk dan sujud melainkan mereka yang paling sayang dan lebih bermanfaat bagi makuk Allah yang lain.

Imam al-Ghazali dalam kitab Mukâsyafat al-Qulub mengisahkan sebuah cerita bahwa Nabi Allah Daud Alaihissalam membaca kitab Zabur di beranda rumahnya lalu lewat di depannya seekor cacing merah (al-Dûdat al-Hamra’), lalu dalam hati beliau terlintas “untuk apa Allah menciptakan cacing merah ini”.

Serta-merta Allah taqdirkan cacing merah berkata;” Wahai Nabi Allah Daud Alaihissalm; engkau bertanya kepada Allah mengapa Dia menciptakan kami “para cacing merah”, ketahuilah bahwa setiap terbit pajar sampai terbenam matahari kami diperintahkan Allah untuk membaca subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu Akbar 1000 kali dan malam hari kami diminta membaca selawat kepada Nabi Muhammad sebanya 1000 kali juga”.

Subhanallah, begitu besar makna dan tujuan diciptakannya semua makhluk, tiada yang sia-sia hingga cacing merah pun diminta membaca tasbih, tahmid, tahlil dan juga takbir sebagai wujud pengagungan kepadaNya.

Masihkah kita merasa paling hebat, lalu dengan mudah tangan, kaki, pikiran bahkan dengan cara semena-mena berbuat zolim pada makluk Allah?, tidakkah kita malu, Allah menciptakan kita sebagai makhkuk tersempurna namun akal tidak dimanfaatkan untuk zikrullah, anggota badan yg hebat tidak disempurnakan untuk beribadah kepadaNya!.

Cacing merah saja setiap pagi bertasbih, bertahmid, bertahlil dan bertakbir dan malam hari membaca selawat kepada Nabi Muhammad sebanyak 1000 kali, lalu kita yang katanya sebagai makhluk terbaik, tersempurna tidak melakukan hal yang sama?, mengapa kita lebih banyak lupa dan alfa, mengapa sikap dan amalan hati kita selalu dipenuhi dg duniawi tanpa sedikitpun memperdulikan amalan akhirat. Malulah pada cacing merah, malulah pada semut, malulah pada semua makhluk Allah yang selalu patuh pada hakikat ia diciptakannya.

Sabda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang bermaksud:”Tanda-tanda Allah murkan pada hambaNya ialah (1) disibukkan dengan perkara-perkara yang tidak memberi manfaat, (2) selalu mengerjakan amalan yang sia-sia, maka bersedialah untuk menjadi orang yang paling rugi di akhirat dan (3) siapa saja yang sudah melampuai umur 40 tahun akan tetapi amalan baiknya tidak dapat mengalahkan perbuatan maksiatnya maka bersiap-siaplah untuk menjadi penghuni neraka”.

Wallahu ‘Almau bi al-Shawab.

Baca Selanjutnya

DARI PENULIS

BERITA TERKAIT

IKLAN

TERBANYAK DIBACA

BACA JUGA