Oleh: Pahri Lubis.
الحزن يضعف القلب ويوهن العزم ويضر الإدارة ولا شيء أحب إلى الشيطان من حزن المؤمن ( ابن قيم الجوزية )
” Kesedihan melemahkan hati, melemahkan tekad, dan merusak manajemen, dan tidak ada yang lebih dicintai setan dari pada kesedihan seorang mukmin ” ( Ibnu Qayyim al-Jawziyy ).
Barakallah fikum jami’an, semoga kita dapat menghindari rasa sedih yang berkepanjangan, yang dapat merusak sistim kehidupan seseorang. Perasaan seseorang yang bersedih, sangat di senangi oleh setan, bahkan setan membisikkan terus menerus kepada hati nya yang sedang dalam kesedihan. Bersedih boleh saja asal tidak berlebihan sampai meratapi. Nabi Muhammad sendiri bersedih tatkala anak nya Ibrahim meninggal dunia, Nabi meneteskan air mata sebagai tanda bersedih sebagaimana manusia pada umumnya bila di timpa musibah. Nabi dapat menahan kesedihannya tidak meratapi kepergian Ibrahim untuk selamanya. Seperti kepercayaan jahiliyah bila mendapat musibah selalu di ratapi. Putra putri Rasul tidak ada yang lanjut usia sampai lanjut usia, terutama ketiga putra nya meninggal masih kecil tidak sampai dewasa, kalau yang putri ada yang sampai dewasa, dan memiliki cucu Hasan dan Husein. Setelah nabi Muhammad meninggal dunia, tidak lama kemudian beberapa bulan di susul oleh Fatimah al-Zahra, tutup usia 26 tahun. Di khawatirkan kalau berumur panjang ada penerus yang melanjutkan misi, risalah atau kepemimpinan pemerintahan nabi. Siti Aisyah di beri umur panjang, dan tidak menikah lagi sampai usia lanjut delapan puluhan tahun, menjelang sembilan puluh agar banyak para sahabat yang belajar ilmu agama kepada nya terutama belajar hadis, dan termasuk sebagai perawi hadis. Dalam Islam bila seseorang mendapat musibah tidak boleh terlalu lama untuk di ingat sampai berbulan bulan, baik itu musibah maut atau kehilangan harta benda, rumah terbakar di hantam banjir, di tipu oleh oknum dan lain sebagainya di khawatirkan memiliki dampak negatif kalau ingat terus kapan mulai bekerja cari nafkah. Allah mengirimkan kepada Manusia lupa ada hikmah sisi positif di balik itu semua. Lupakan semua apa yang terjadi, masa depan menunggu meniti karir. Coba kalau ingat terus tidak ada yang beres urusan. Jangan sampai meratapi atas kepergiannya seperti bagaimana nasib kami yang di tinggal siapa yang nyari nafkah buat kami, dia adalah tulang punggung keluarga, yang menafkahi semua keluarga, yakin lah Allah mengatur segalanya. Bisa jadi rezeki kekayaan lebih meningkat setelah di tinggal.
Bagian kedua orang bersedih kepanjangan bukanlah ajaran Islam, sebagai bukti setan senang melihat orang yang bersedih, meratapi kehidupan yang sudah di jamin oleh Allah rezeki masing masing. Ikhlaskan kepergiannya, dia rindu bertemu dengan Tuhan nya. Meratapi tidak menyelesaikan masaalah. Allah memberikan jalan yang terbaik.
Semoga kita tabah menghadapi musibah, serahkanlah urusan Nya kepada Allah Swt sang pemberi solusi. Tidak meratapi kenapa hidup kami begini. Menyesali apa yang terjadi. Terimalah semua yang di anugerahkan Allah Swt. Amin ya Mujibas sailin. والله أعلم بالصواب
Kamis, 21 Juli 2022.