Alhamdulillahselama kuliah di strata 3 sempat menimba ilmu dari dua dosen yang luar biasa, yaitu DR. Johann Hendrik Meuleman, dosen yang membimbing mata kuliah historiografi Islam dan DR. Muhammad Syafi’i yang mengasuh matakuliah seni dalam Islam.
Nama pertama asli Belanda dan menjadi dosen di beberapa lembaga pendidikan dan lembaga Islam di Indonesia, termasuk di almamater saya UIN Syahid Jakarta. Karena kuliahnya mulai jam 17.00 sampai selesai, kami selalu shalat Maghrib berjamaah dan beliau sering menjadi imam. Saat itu salah seorang teman berbisik “malam ini imam kita orientalis…”, he hee Adapun nama yang kedua berasal dari Jawa Barat diminta sebagai dosen Seni dalam Islam, karena belum ada yang menguasai bidang ini secara khusus di UIN Jakarta.
Dua nama ini muncul kembali dalam memori seiring dengan munculnya pro kontra tentang film Jejak Khilafah di Indonesia. Saya tidak melibatkan diri dalam perdebatan, karena itu yang disoroti ialah adanya hubungan kesultanan Usmaniyah di Turki dengan Islam Indonesia ketika itu. Kedua sang dosen dalam pernyataannya mengatakan ADANYA kaitan tersebut, salah satu alat ukurnya ialah pembuatan simbol bulan bintang di puncak qubah masjid di Indonesia.
Dulu di atas kubah itu hanya sebuah balok lurus sekitar 1 meter, paling ada petunjuk arah kiblat berbentuk anak panah yang mengarah ke Barat, sebagai pertanda arah qiblat. Gambaran anak panah ini memang masih nampak saat melewati beberapa daerah Sumatera Barat, saat perjalanan studi banding mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh ke UIN Suka Yogyakarta tahun 1984. Daerah Sumatera Barat dilalui dengan menggunakan mobil ATS (Atjeh Transport) karena melalui jalur Barat. Sayang belum sempat difoto karena camera HP belum ada seperti semasif sekarang.
Lalu, pebuatan bulan bintang, masih menurut dua dosen tersebut adalah sebagai bukti ada hubungan Islam Indonesia dengan kesultanan Turki Usmani yang memiliki bendera dengan gambar bulan bintang. Waktu itu mahasiswa tidak ada yang protes atau bertanya, karena dianggap hal baru. Memang jika dikaji lebih dalam hal ini sangat boleh jadi adanya, karena masjid-masjid di Turki sendiri tidak ada yang pakai simbol bulan bintang, hanya tiang urus saja.
Sebab itu sampai sekarang simbol bulan bintang menjadi perangkat kelengkapan masjid di Indonesia selain qubah, mimbar, menara, dan lain-lain (HBN, 25092020).