CARA-CARA UNTUK MELAKUKAN PENGENDALIAN JIWA
1. Mengetahui Dominasi Nafsu
Secara umum kehidupan manusia dalam keseharian lebih banyak dalam kelalaian, -kecuali sebagian saja di antaranya.
Kecenderungan nafsu -suka/tidak suka, sering mengalahkan kendali akal -berguna/berbahaya-, apalagi rambu agama; kehidupan berjalan menuruti apapun yang diinginkan, cari makan, minum, jalan-jalan, dan seterusnya.
Untuk itu, mengetahui dominasi nanfsu yang kita alami sangat penting, agar kita juga dapat melakukan tindakan atau penangan yang tepat dalam hal ini.
2. Melakukan Isoman Ramadhan
Ibadah puasa Ramadhan mencegah orang beriman dari kesenangannya, sesuka-sukanya. Ada aturan yang harus ditaati untuk makan dan minum yang menjadi hajat biologisnya.
Makan minum diperbolehkan sepanjang malam sampai fajar menyingsing. Setelah itu ia harus berhenti mengunyah, memasukkan makanan minuman ke dalam perutnya, walaupun makanan halal miliknya sendiri. Bukan hanya makan, minum dan hajat biologis lainnya, ia juga harus mampu menjaga pendengaran, penglihatan, tutur kata, dan organ tubuh lainnya agar tidak berbuat tercela, nista dan sia-sia.
3. Mempunyai Kepercayaan diri.
Keberhasilan menunaikan ibadah puasa Ramadhan, selama satu bulan, menahan diri demi menjalankan perintah agama bisa dijadikan sebagai pondasi perubahan.
Benih kebaikan yang bisa ditumbuh suburkan dalam menghadapi aneka godaan dunia.
URGENSI PENGENDALIAN JIWA
Dalam dunia otomotif, kendaraan tidak hanya perlu tenaga kuat untuk melaju, melintas batas, menjelajahi negeri -njajah projo milang kori, tetapi ia sangat memerlukan perangkat kendali: kemudi untuk membimbing arah dan rem yang pakem untuk berhenti.
Kegagalan pengereman lebih fatal dampaknya daripada gagal laju karena tak cukup tenaga.
Di jalur datar dan lurus, kurang tenaga bisa mengakibatkan mobil tak dapat melaju; tapi gagal pengereman bisa membahayakan banyak orang, bukan hanya pengendara, bahkan orang yang tidak tau apa-apa bisa menjadi korban mobil yang mengalami rem blong; apalagi di jalur tanjakan, turunan, tikungan tajam, kanan kiri jurang; gagal sistem pengendalian, setir yang macem, rem blong akan sangat membayakan, bisa mengakibatkan banyak korban kecelakaan.
Demikian juga manusia; tidak hanya perlu semangat, dan kemampuan berbuat baik, manusia juga sangat memerlukan kendali yang mampu mengarahkannya pada tujuan yang benar dan menghentikannya dari keburukan.
Orang baik -dalam hal ini- bukan hanya orang yang mau dan mampu berbuat baik, tetapi ia juga harus mampu mengendalikan diri, dan bahkan menghentikannya dari keburukan.
Berbuat kebaikan kepada orang lain bisa dilakukan termasuk oleh para penjahat, – konon katanya gembong narkoba Kolombia dikenal sebagai dermawan bagi para tetangganya- tetapi untuk tidak melakukan keburukan memerlukan pondasi keimanan yang kuat, ketaqwaan yang tangguh.
Puasa Ramadhan telah membuktikan bahwa ajaran agama, beriman kepada Allah, rasa takut berhadapan dengan pengadilan hari kiamat mampu mengendalikan orang beriman dari perbuatan tercela, melanggar aturan puasa.
Rasa takut kepada Allah telah membuatnya mengendalikan nafsunya, sehingga mendapat ridho-Nya.
Seperti diungkapkan dalam hadits Nabi Muhammad -shallallahu alaihi wasallam:
Puasa tidak hanya berhenti makan dan minum, akan tetapi puasa juga harus berhenti dari kesia-siaan dan nista. Dan jika ada seseorang yang mencacimu atau berbuat bodoh padamu, hendaklah ia katakan (pada dirinya) sesungguhnya saya puasa, sesungguhnya saya puasa. HR Ibnu Hibban dan Al Hakim.
Pembeda ahli surga dengan ahli neraka adalah Pengendalian diri
Firman Allah: (QS. 79/An Nazi’at)
37. Maka adapun orang yang melampaui batas,
38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
39. maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya.
40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,
41. maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).
Sabda Nabi:
لا يؤمن أحدكم حتى يكون هواه تبعًا لما جئت به
Tidak beriman (sempurna iman) salah seorang di antaramu sehingga seleranya mengikuti apa yang saya sampaikan
Jadikanlah diri ini sebagai hamba yang bisa mengendalikan diri. Karena dengan pengendalian diri, kita akan berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan. Dan tentunya memiliki ketentraman dalam diri.
#tahangodaan