Sinar5news.Com – Jakarta – Tiada duka yang abadi di dunia. Tiada sepi merantaimu selamanya. Malam kan berakhir, hari kan berganti, takdir hidup, kan di jalani. Tangis dan tawa nyanyian yang mengiringi, hati yang rindu tanda cinta di jalannya. Namun ku percaya, hati meyakini semua akan indah pada akhirnya. Adalah sebuah ungkapan manis yang tertuang dalam lirik lagu religi milik Opick, dengan judul Tiada Duka Yang Abadi.
Kalimat tiada duka yang abadi di dunia berusaha menggambarkan bahwasanya segala kesedihan atau penderitaan yang kita alami hanyalah bersifat sementara. Meskipun pada saat mengalaminya timbul perasaan yang begitu dalam dan sulit untuk melaluinya. Namun, seiring berjalannya waktu Tuhan menunjukkan bahwa semua orang akan menemukan cara untuk sembuh, bangkit, dan menemukan kebahagiaan mereka kembali.
Ungkapan ini juga mengingatkan kepada kita bahwa kehidupan yang fana ini penuh dengan perubahan dan dinamika. Sama halnya seperti kebahagiaan yang tidak selalu bertahan selamanya, duka dan kesedihanpun juga akan berlalu. Semuanya akan bergerak melewati siklus kehidupan. Dan, seringnya manusia lupa bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk beradaptasi, bertumbuh, dan menemukan harapan baru di tengah kesulitan yang melanda. Meski cara untuk mengatasinya berbeda-beda.
Di balik lirik indah nan merdu ini mengandung rasa optimis dan harapan yang besar untuk melewati setiap fase duka dalam hidup. Adanya maksud tersirat yang meminta kita agar tetap bertahan di tengah gempuran dan himpitan hidup yang menerpa. Percayalah, sesulit apapun jalannya akan selalu ada harapan untuk mereka yang mau bertahan.
Tetaplah bertahan di masa-masa sulit kehidupanmu. Karena akan selalu ada kemungkinan untuk perubahan yang lebih baik di masa depan. Meski harus melewati proses penyembuhan yang memakan waktu lama. Perasaan getir, hampa, dan tidak berguna memang sangat mengusik ketenangan jiwa. Namun, sekali lagi ingin ku katakan bahwa selalu ada tempat bagi mereka yang mau bertahan.
Bagi sebagian orang, perasaan dan suasana duka mungkin saja bisa mereda dalam waktu beberapa bulan saja. Sementara bagi yang lainnya, perasaan duka baru bisa berkurang setelah butuh waktu bertahun-tahun. Atau bahkan tidak pernah hilang sama sekali.
Ditinggalkan orang terkasih sedihnya memang bukan main,
Gagal meraih impian, seolah menjadi manusia yang gagal dalam segala hal,
Dan jatuh yang berulang, seakan memang sudah tak ada lagi harapan.
Memang betul, tidak ada duka yang benar-benar berakhir. Karena yang berkurang hanya intensitas emosional terhadap fase duka itu sendiri. Dan menyalahkan diri atas apa yang terjadi hanya akan menimbulkan sesak yang tak berkesudahan. Tetapi seiring waktu, perasaan duka bisa menjadi kenangan yang lebih tenang untuk di ingat. Meski sesekali muncul dalam wujud yang paling menyakitkan.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk menerima fase duka dan kesulitan dalam hidup?
Jawabannya adalah memberi waktu dan ruang untuk diri sendiri. Memang tak mudah untuk mencerna segala apa yang terjadi. Sesekali manusia merasa kewalahan hingga menyalahkan Tuhan. Namun, perlu diingat bahwa tidak hanya kamu yang mengalami momen seperti ini. Mungkin, di luar sana banyak dari mereka yang ujiannya lebih berat. Tapi tak seberisik dirimu.
Setelah laparmu, ada kenyang yang akan mendatangi. Sesudah sakitmu, ada sembuh yang sudah menanti. Tangisanmu akan diganti dengan senyuman. Kegelisahanmu akan diubah dengan kedamaian. Ketakutanmu akan diganti dengan rasa aman. Percayalah, setelah kesulitan akan selalu ada kemudahan. Teruslah berbaik sangka, dan teruslah menggantungkan harapan hanya kepada-Nya.
Terkadang, trauma dan kesedihan akan berasa sulit jika hanya dihadapi sendirian. Tidak perlu ragu untuk berbagi cerita dengan orang terdekatmu. Siapa tahu bisa meringankan bebanmu. Teruslah bergerak sekecil apapun langkahnya. Karena dari hal-hal kecil, bisa sampai pada pencapaian yang besar.
“Demi Allah, tiada seorang pun yang berbaik sangka kepada Allah. Melainkan pasti Allah akan memberikan kepadanya apa yang ia sangkakan. Sebab, semua kebaikan itu ada dalam genggaman Allah. Maka apabila Allah sudah memberi Husnuzhan-Nya, maka Allah akan memberi apa yang disangkakannya itu” (Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu).