Sinar5news.com- Jakarta- Sangkep perdana warga Himalo mengawali awal tahun berlansung semarak dengan hadirnya kepala suku Mamiq Gede yang membawa buah tangan berupa aneka masakan khas Lombok menjadikan suasana sangkep bergelora berlokasi di Markaz besar Bale Himalo Tebet.
Hadir dalam sangkep perdana awal tahun ini sekitar lima belas orang dari pengurus Himalo diantaranya ketum Himalo Karman BM, Waket II Samianto M, Sekjen L.Herman Hidayat, Ketua Bidang Saudagar Hery Sibyan, Ketua Bidang Majlis Zul Makki, Bendahara L.Mahdi, Ketua Bidang Kajian politik Nasional dan Luar negri Dwi Hidayat, unsur penasehat Mamiq Gede dan beberapa anggota lainnya.
Materi pembahasan memastikan semua agenda yang sudah dirancang agar dipastikan bulan ini kegiatan Bale Sangkep berjalan mulai dari : Pengajian bulanan, kajian kitab kuning bersama Dr.Marzuki, diskusi bincang politik kebangsaan penanggung jawab Dwi Hidayat untuk segera dituntaskan waktu dan pengisinya.
” Bale beleq kita ini agar berfungsi dan memberikan kebermanfaatan untuk kita semua warga Himalo dan mendatangkan keberkahan untuk terus kita hidupkan dengan tradisi lokal budaya Nusantara seperti pengajian dan kajian lainya. Selain berfungsi sebagai tempat singgah Semantara “. Ungkap ketum Himalo menguatkan segera memanfaatkan kehadiran Bale Himalo dengan beragam agenda yang bermanfaat.
Sangkep berlansung singkat padat dengan menetapkan kegiatan dan penanggung jawab kegiatan sesegra mungkin berjalan dan memastikan semua pengisi sudah ready. setelah mendengar semua usulan yang berkembang dan laporan dari masing ketua bidang. Sangkep ditutup.
Acara selesai dilanjutkan dengan begibung hadiah dari penasehat Mamiq Gede yang sengaja hadir lansung dari Bogor dengan perbekalan yang sangat lengkap dengan berbagai aneka masakan ciri khas Sasak Lombok yang beliau bawa untuk disantap bersama.
” Nikmat sekali terasa berada di Lombok dengan menu masakan yang ada malam ini sudah pas dengan Sasak Lombok. Luar biasa, dahsyat, berkah “. Ungkap semua peserta rapat seraya menyantap habis begibung ala Lombok.
” Begibung semestinya kita pakai satu nampan atau satu alas semisal daun pisang, dituangkan menjadi satu. Itulah budaya leluhur yang bernama begibung perlu kita lestarikan “. Jelas penasehat Miq Gede. 7/1/23 (red)