Prof Harapandi: Empat Kunci Keselamatan

Prof Harapandi: Empat Kunci Keselamatan

Ada empat perkara yang akan mendatangkan empat manfaat lainnya;1) Sikap diam akan menghasilkan keselamatan, 2) Perbuatan baik akan menghasilkan kekeramatan (keutamaan), 3) Pemurah akan memberikan kehormatan dan 4) Laku syukur akan menghasilkan tambahan nikmat (Rahatul Qulub:49)

Sikap diam akan menghasilkan keselamatan, al-Syaikh ‘Abdul Wahhab al-Sya’rani dalam kitab al-Anwar al-Qudsiyyah berkata; “Jika pembicaraanmu membuat dirimu sombong, maka diamlah dan sekiranya diammu menjadikan dirimu merasa lebih hebat dari orang lain, maka bicaralah”.

Dari ucapan tersebut dapat dilihat bahwa pada saat-saat tertentu diperlukan diam dan saat-saat yang lain diperlukan berbicara. Karena itulah Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;”Sesiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia berbicara yang baik-baik, jika tidak, maka silahkan “diam”.

Mengapa diam adalah pilihan selamat?, sikap diam berarti tidak berbicara, dengan menahan lisan untuk berbicara, apalagi pembicaraan yang tidak bermanfaat, adalah ibadah. Lisan yang disibukkan dengan ucapan-ucapan kebajikan akan diselamatkan Allah di akhirat dari gangguan dan jilatan api neraka.

Dalam ungkapan lain dikatakan bahwa “diam itu emas dan bicara itu perak”, orang yang cerdik dan berakal pastilah ia akan memilih emas karena nilainya yang tinggi daripada mengambil perak yang harganya tidak dapat melampaui emas.

Diam adalah suatu perkara yang sangat sulit ditafsirkan, diam dapat menjadi jawaban dari berbagai persoalan, alangkah indahnya sikap diam saat engkau ingin berbicara. Ketahuilah bahwa tertawa saat orang lain ingin melihatmu menangis adalah kebajikan, bersikap diam saat mereka ingin mendengarkanmu berbicara sangat indah.

Ingatlah bahwa menyesal dari sikap diam itu hanya satu kali sedangkan penyesalan yang sangat panjang akibat dari pembicaraan yang kita ucapkan. Kapan sebaiknya kita diam, yaitu ketika kita ingin sekali berbicara dan kapan sebaiknya berbicara yaitu saat nafsu kita ingin bersikap diam.

Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu berkata:”Sesungguhnya akan mati seseorang karena tersandung lidahnya, dan akan tetap hidup bagi mereka yang tersandung kakinya”.

Ucapan tersebut bermakna bahwa berapa banyak orang yang dieksekusi mati karena akibat tidak dapat menjaga lidahnya dari fitnah dan mengadu domba orang lain. Dan jika kaki tersandung batu, luka yang diakibatkannya dapat sembuh secara perlahan sementara luka akibat fitnah tidak dapat disembuhkan.

Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan dalam Syarah Arbain, bahwa Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang hendak berbicara maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu. Jika dia merasa bahwa ucapan tersebut tidak merugikannya, silakan diucapkan. Jika dia merasa ucapan tersebut ada mudharatnya atau ia ragu, maka ditahan (jangan bicara).”

Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya, Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara, karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan”.

Perbuatan baik akan menghasilkan kekeramatan (keutamaan).

Perkataan yang baik dan pemberiaan maaf (jauh) lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu (ucapan) yang menyakitkan (perasaan si penerima), Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun (Al-Baqarah/2:263).

Ayat ini menjelaskan bahwa ucapan yang baik ialah ucapan yang tidak membuat orang lain sakit (tersinggung), tidak menjadikan orang yang mendengarkan merasa sedih dan terpinggirkan, tidak juga menjadikan orang lain kehilangan semangat menjalani kehidupannya.

Perkataan yang baik ialah perkataan yang dapat memberi semangat hidup dan mencari ridla Allah semakin kuat, perkataan yang baik ialah ucapan yang dapat membangkitkan semangat jihad di jalan Allah, perkataan yang baik ialah ucapan yang dapat menjauhkan dan mendakatkan pelaku maksiat kepada pemberi hidayah Azza Wa Jalla.

Perkataan yang baik merupakan perbuatan yang baik pula karena di dalam perkataan tersimpan motivasi untuk berbuat yang baik sesuai dengan tuntunan Allah melalui NabiNya. Rasulullah sallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda: “Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya.”

Dalam redaksi yang berbeda Rasulullah bersabda;“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Siapakah orang muslim yang paling baik?’ Beliau menjawab, ‘Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”

Dari hadits-hadits tersebut di atas dapat dikatakan bahwa perbuatan baik dapat memberikan keutamaan bagi setiap pelakukanya, perbuatan baik tidak hanya terlihat oleh kasat mata, namun yang terselip dalam hati (niat) juga masih terhitung perbuatan baik.

Pemurah akan memberikan kehormatan

Mudah memberi bukan berarti harus kaya, mudah memberi adalah kekuatan iman dan keyakinan, sesiapa yang memberi, maka ia akan diberi, sesiapa yang menahan pemberiaan maka ia akan dipersulit.

Menjadi pemurah dalam berbagi merupakan ciri orang beriman dan sebaliknya susah berbagi adalah tanda-tanda kemunafikan, munafik karena ia lupa bahwa apa-apa yang dimiliki adalah anugerah Allah dan sebagian anugerah itu adalah amanah yang terdapat di dalamnya hak-hak fakir miskin.
Jika kalian mensyukuri segala anugerahKu, maka Aku akan berikan (tambahan) nikmat, namun jika kalian kufur (ingkar), maka ketahuilah bahwa azabKu amatlah pedih.

Bersyukur terhadap nikmat Allah melalui hati dengan keyakinan yang teramat dalam bahwa Dialah Allah yang memberi, karena itu keyakinan diwujudkan dengan ucapan syukur melalui lisan (al-Hamdulillah), lalu wujud syukur yang terakhir ialah rela berbagi terhadap nikmat yang diperoleh “adapun dengan nikmat-nikmatKu, sebarkan (berbagi) lah”.

Kerelaan berbagi akan menjadikan kita mulia dan mendapatkan keutamaan dibandingkan dengan mereka yang susah berbagi, keutamaan yang diperoleh di atas dunia seperti orang lain akan membantu kita saat dalam kesusahan dan keutamaan pula didapatkan di nakhirat kelak dengan dimasukkan Allah pada kumpulan orang-orang pemurah.

Orang yang pemurah pasti memiliki tawakal yang kuat, zuhud yang mantap, serta keyakinan yang kokoh. Karena itulah sesungguhnya sifat karam terkait dengan iman, secara lahir adalah tangan yang mulia dan pendorongnya adalah jiwa yang pemurah. Rasulullah menggambarkan seorang mukmin dengan sabdanya: “Seorang mukmin adalah orang yang mulia lagi pemurah dan orang fasik adalah penipu yang tercela.”

Laku syukur akan menghasilkan tambahan nikmat

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Surah Ibrahim:7)

Manfaat syukur ialah akan ditambahkan nikmat dan anugerah Allah yang telah diberikannya kepada kita, namun ketika kita mulai mengingkari segala nikmat, maka hati-hati dan waspadalah bahwa azab Allah (di dunia) dan juga (di akhirat) sangatlah pedih. Tanpa dikira azab Allah pasti datang.

Ketika kehilangan sesuatu, ketika mengalami kerugian, atau ketika tidak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, sering kali jiwa kita bergelora sehingga patah semangat, tidak lagi memiliki motivasi. Kita sering lupa mensyukuri yang sudah kita miliki, kita juga sering melupakan hikmah yang tak ternilai dari suatu kegagalan yang semestinya kita syukuri.

Padahal berdasarkan ayat di atas, jika kita mahu bersyukur maka Allah menjanjikan akan menambah nikmat kepada kita. Oleh sebab itu kita seharusnya menyukuri apa yang sudah Allah berikan kepada kita, kita juga mesti mensyukuri apa yang kita dapatkan meskipun sekecil apa pun. Ini adalah rahsia Allah melipat gandakan nikmat kepada kita. Ketika mana kita berusaha, syukurilah nikmat yang kita perolehi agar ditambah oleh Allah SWT.

Jadi, tetaplah semangat walaupun hasil kita kecil, sebab jika kita mensyukurinya, yang kecil tersebut boleh menjadi besar. Alangkah jahilnya orang yang tidak mahu mensyukuri nikmat Allah SWT. Mereka sering menyangka bahawa yang namanya nikmat itu adalah rezeki dalam bentuk kebendaan dalam kuantiti jumlahnya besar. Padahal tidak, nikmat yang sudah kita perolehi itu sangat banyak, jika kita berusaha untuk menyebutkannya, kita tidak akan mampu. Seperti yang dijelaskan dalam Al Quran. “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Surah Ibrahim:34)

Nikmatilah hidup, tetaplah semangat walaupun hasilnya kita, kerana kita boleh melipat gandakannya dengan mensyukurinya. Renungkanlah, betapa banyaknya nikmat yang sudah kita miliki. Jangan risau, jangan takut untuk gagal, sebab kegagalan sebesar apa pun tidak akan menghabiskan nikmat-nikmat yang ada pada diri kita.

Baca Selanjutnya

DARI PENULIS

BERITA TERKAIT

IKLAN

TERBANYAK DIBACA

BACA JUGA