Tercyduk
Hari mulai gelap. Reza tengah menikmati indahnya bulan purnama yang ia lihat dari balkon rumah. Sayangnya, tak ada bintang yang tampak di langit malam. Ia merenungi alam sekitar sembari duduk-duduk disana. Membaca buku adalah hobi yang ditekuninya saat merasa bosan. Semakin lama Reza berada disana, rasa takutnya mulai muncul. Terdengar jelas suara anjing menggonggong kencang. Kian lama semakin pelan suara raungannya itu. Ia cari sumber suaranya, ternyata tidak ditemukan. Samar-samar, suara tersebut hilang dari pendengaran. Reza memutuskan untuk masuk ke kamarnya dengan tergesa-gesa. Menonton TV sudah mulai bosan. Akhirnya dia berbaring dikasur dan bersiap untuk tidur.
Aduh, saya gak bisa tidur lagi.
Batin Reza. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidur, tak kunjung bisa. Dia ingat sekali kejadian tadi sore yang membuatnya frustasi.
“Reza, lu serius suka sama S?” Tanya Fahri sambil melaju menggunakan motornya.
“S? S teh maksudnya? Suka. Emangnya kenapa?”
“Maksud Fahri tuh, ente suka Salwa gak?” Balas Andi.
“Oh… Si Salwa itu? Saya bingung memilih antara menjadi teman atau pacar. Tapi gak bolehlah. Masih dibawah umur saya.” Jawab Reza.
“Berarti, kalo lu udah gede, boleh dong lu pacaran?”
“Tetep gak boleh, Fahri ganteng. Pacaran hukumnya haram. Astaghfirullah, berdosa kamu nak.”
“Ana bukan anak antum, Za. Ana kok dipanggil nak?” Tanya Andi dengan pertanyaan yang gak nyambung, sama seperti hidupnya.
“Bukan kamu, tapi Fahri. Emang ngapa sih gak boleh manggil nak? Iri kau? ” Kata Reza dengan geram.
“Oke, kita ganti topik. Reza, kamu ngambil jurusan apa tadi di sekolah?”
“Saya, hmmm, kalo gak salah saya jurusan IPS.”
“Berarti kita sama dong, Reza. Alhamdulillah… “
“Kok gua berasa dikacangin ya? Woy, kacang mahal woy.”
“Sorry. Kasihan kamu di cuekin. Oh iya, saya lupa.” Ucap Reza sembari menepuk keningnya.
“Apanya yang lupa?”
“Adek saya ketinggalan di sekolah. Andi, Fahri, saya ke sekolah adek saya dulu ya. Kalian tunggu di sini!”
“Kita nungguin antum Za?” Tanya Andi.
“Mmm maksudnya kalian pulang duluan, dah yah. Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam, Hati-hati Reza! Awas kesandung dijalan! ” Teriak Fahri saat Reza sudah menjauh dengan motornya.
Reza pun melaju menggunakan
Motor CBR 250. Sesampainya di sekolah adiknya, Alangkah terkejutnya dia. Lelaki tersebut mencium Anisa dengan penuh penghayatan. Reza pun sedikit kesal, lalu mendekatinya.
“Anisa, kamu ke sini deh sebentar! ”
“Iya bang. ” jawab Anisa sambil ketakutan.
“Itu siapa? Temen kamu?”
“Bukan.”
“Terus siapanya kamu, hah?”
Anisa diam tak berkotek. Tak berkutik dia. Ia bingung ingin jawab apa. Cowok yang bersama Anisa pun mundur beberapa langkah demi menghindari amukan Reza.
“Bang, saya pacarnya Anisa. Bang Reza gak suka saya deketin dia bang?”
“Lah, kamu kenal saya? Tau dari mana kamu kalo saya Reza?” Tanya sedikit penasaran.
“Saya diceritain Anisa, katanya Anisa punya abang namanya bang Reza. Udah ya bang, saya pamit duluan.”
“Yasudah sana! Jangan ngajakin adek saya berduaan ya? Sini salim dulu.”
Tak lama kemudian, mata Reza semakin buram. Perlahan, pandangan menjadi gelap. Hanya ruangan hitam yang bisa dilihatnya. Ia pun tertidur dengan lelap.