Berpapasan dengannya Lagi?
Salwa Salsabila. Nama itu akan dia ingat sampai punya 7 keturunan. Wah, gak nyangka yah. Biasanya Reza gak akrab sama cewek. Gak ada niatan sama sekali nyenggol dirinya. Baru kenalan aja udah kayak suami-istri (do’ain aja). Salwa gak terlalu mikirin kacamatanya yang rusak. Kalau Reza, jangan tanya lagi. Di dalam hatinya, muncul setitik rasa. Rasa suka yang muncul karena alasan yang tidak pasti. Seperti kamu yang cinta dia, belum tentu dia cinta kamu. Astaga bucin…
“Hei, Reza. Saya duluan yah. Oh iya, makasih kacamatanya. ” Ucap Salwa.
Buset dah. Cakep amat nih cewek. Apa jangan-jangan operasi plastik? Kayanya bedaknya ketebelan, makanya jadi putih mukanya.
Melongo Reza tak karuan sambil menyelidiki muka Salwa yang sangat bening, bagaikan piring yang dicuci pake sabun colek. Putih merona.
“Reza, kok malah bengong? ” Ucap Salwa yang membuat lamunan Reza buyar entah kemana.
“Ah, enggak. Aku gak bengong. Eh, kamu mau aku anterin gak ke kelas? Bareng aja yuk! “
“Gak usah, aku mau sendiri ajah. ” Kata cewek itu. Dia lari kencang menuju kelasnya. Sementara Reza masih diam diparkiran. Ia tidak habis pikir. Sebelumnya, sehabis dia mengantar adiknya ke sekolah, Reza cepat-cepat tancap gas motor. Eh, ujung-ujungnya malah nyenggol cewek. Dia ingat sekali waktu sekolah di SMP Nahdlatul Wathan Jakarta, jarang banget ngobrol dengan perempuan. Sungguh momen langka baginya. “Ah, nggak baik ngelamun mulu. Udahlah, mau masuk ke kelas dulu. Udah pengen telat nih.” Reza bicara sendiri sambil bergegas menuju gerbang sekolah. “Eh, kunci motornya ketinggalan. ” Gumamnya sambil balik lagi ke parkiran untuk mengamankan kunci motornya. Setelah diambil, ia dengan kilat berlari ke pintu gerbang. Sayang, gerbang telah di tutup rapat oleh satpam.
“Pak, bukain dong Pak, gerbangnya… ” Mohon Reza sembari mendorong-dorong gerbang.
“Coba kamu lihat udah jam berapa itu? ” Tanya orang itu sambil menunjuk ke arah jam yang terpasang di dinding pintu masuk. “
“Baru jam 7 lewat 2 menit Pak. ” Jawab Reza polos.
“Kamu murid baru ya? “
“Iya Pak. Saya murid baru. “
“Ya sudah, saya izinin kamu masuk. Lain kali, kamu jangan telat ya! Soalnya tadi ada perempuan yang hampir telat masuk gerbang. Pas saya mau tutup, dia udah masuk duluan. Kalo kamu gak bisa jadi murid teladan, minimal kanu ikutin sifatnya. Masuk pada detik terakhir. “Kata satpam berceramah.
Apa jangan-jangan itu Salwa? Pikirnya.
Setelah si satpam membuka gerbang, Reza cepat-cepat masuk kelas. Eh, tapi kok gak ada bangku yang kosong? Semua kursi di kelasnya penuh. Kiri kanan kulihat saja, banyak pohon cemara… Gak gitu juga sih. Lirik kiri kanan, ternyata ada bidadari yang kebetulan jatoh dari surga di pojok bangku paling depan. Cewek yang membuat hatinya ketar-ketir ada disana. Dengan langkah penuh semangat, berjalanlah seekor manusia ini ke bangku tempatnya duduk.
Kirain kosong, ternyata ada bangku lagi di samping Salwa. Gumamnya.
Apakah ini kebetulan, atau emang jodoh ku? Ya… Semoga aja ini jodoh saya. Bisa berpapasan dengannya lagi sih? Jadi pusing aku mikirin dia.
Pikirnya sambil duduk di bangku itu dan merapihkan kerah bajunya.
“Boleh saya duduk di sini gak? ” Tanya Reza.
“Boleh… ” Jawabnya santai.
“Makasih ya Salwa. Eh Salwa… “
“Iya? …”
“Tadi aku dikunciin sama satpam. “
“Terus, kamu diapain sama satpam? “
“Nggak diapa-apain sih. Tapi, aku mau nanya sesuatu ke kamu. “
“Mau tanya apa? ” Tanya Salwa sedikit penasaran.
“Tadi, kata Pak Satpam ada perempuan masuk di detik terakhir. Apa itu kamu? ” Tanya balik Reza. Salwa hanya diam seribu alasan.
“Salwa, kok diem si? “
“Kata siapa? “
“Itu tadi barusan melamun. “
“Emang aku melamun yah? Perasaan enggak deh. Mungkin kamunya yang lagi halusinasi… “
Salwa kenapa ya, jadi aneh gini? Kayaknya ada masalah nih yang disembunyiin dari aku. Batin Reza.
“Ini kacamata buat aku aja yah? ” Tanya Salwa mengganti topik.
“Hmm… ” Reza berpikir sambil menengadah ke atas dengan telunjuk di jidatnya. Sok berpikir keras. Kek peserta kuis yang kebingungan mau jawab apa. Padahal dalam hatinya girang banget. Ada perempuan cantik yang mau diajak bicara dan bertukar hati, eh bertukar pikiran. Cewek mah biasanya malu kalau ngomong bertatap muka dengannya. Entahlah, apa yang mereka pikirkan sampe gak terpikir kalau Reza memikirkan mereka yang sama-sama memikirkan.
“Kalo buat perempuan cantik sih, boleh-boleh aja. “
Kemudian pipi Salwa memerah. Memang tak asing baginya kalau ia dipuji karena kecantikannya. Tapi ya, sama-sama saja di benak Reza. Mungkin ketebelan bedaknya, begitu menurut pria ini. Entah mengapa, berbeda sekali dengan ucapan Reza barusan.
“Ih, apaan sih. Gak jelas kamu. ” Jawab Salwa malu-malu kucing.
“Tapi bener yah, ini kacamata cadanganku. Gak apa-apa, buat kamu aja. “
“Ehem. Salwa, jawab dulu dong pertanyaanku.”
“Yang mana? “
“Tadi, kamu yang hampir telat datang? “
“Oh… Kirain Aku apaan. Iya, aku telat tadi. “
“Kamu mau gak, jadi duta sampo lain? “
“Hah? “
“Eh maksudku, kamu mau nggak, jadi anu aku.”
Salwa diam. Hatinya sesak dan jantungnya berdegup cepat.
Jangan-jangan anu itu artinya… Ah nggak mungkin. Cowok ganteng polos kayak dia gak mungkin mau pacaran. Batin Salwa.
“Anu apaan? “
“Eh, nggak jadi deh. “
“Yaudah kalo emang gak jadi. “
Duh, kok saya jadi gemeter kayak gini ya? Biasanya kalo ngomong biasa aja. Kok kalo sama cewek kayak Salwa, saya jadi grogi begini? Gerutu Reza kesal.
Walaupun baru kenal, pengen banget pacaran sama Salwa. Uh, Reza mungkin menunggu waktu yang tepat buat ngungkapin perasaannya. Setelah bincang-bincang cantik mereka, seseorang pun datang dengan peci hitam, baju batik, dan celana hitam rapih. Diapun memulai arahannya.
“Selamat pagi semua. Perkenalkan nama saya Muhammad Amin Pratama, panggil aja Pak Amin. Maaf, tadi saya telat dateng karena tadi terhalang macet. Saya sebagai guru di kelas X ini. Berhubung hari ini, hari kalian baru masuk sekolah. Jadi nggak dikerahkan belajarnya. ” Kata orang itu dengan cukup cepat. Berwajah standar bapak-bapak jaman now, Pak Amin dinilai sebagai guru tertampan di SMAN Jakarta 101. Dia sih gak pernah digombalin masalah kegantengan nya itu. Soalnya, beliau ramah kalau muridnya baik, dan galak kalau muridnya nakal. Katakanlah dia guru setengah galak setengah baik. Kalau bertemu, harap dibaikin saja. Bumi saja bisa hancur berkeping-keping kalau Pak Amin marah. Turutin aja lah… Kemauan beliau.
“Baiklah, hari ini saya akan membagikan LKS dan Buku Paket untuk kelas 10. Yang saya panggil namanya, harap maju ke depan. Kita juga akan melakukan pemilihan kelas. Kalian bebas memilih mau jurusan IPA atau IPS. Oke anak-anak, kita berdoa dulu. Berdoa menurut kepercayaan masing-masing, dimulai!”
Semua berdoa. Berbeda dengan Reza. Ia tak henti-hentinya melihat wajah Salwa yang membuatnya terpesona.
Eh, ngapa si Salwa ngomongin kacamata mulu ya dari tadi?
Pikir Reza sambil mengangkat tangannya dengan malas.