Kunjungan TGB Zainul Majdi, Ketua PB NWDI, ke Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta pada hari Kamis, 24 April 2025, bukanlah sekadar kunjungan silaturahmi. Kunjungan ini memiliki makna yang jauh lebih mendalam.
Sesampainya di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, TGB Zainul Majdi langsung melaksanakan salat Zuhur berjamaah di Masjid Hamzanwadi. Beliau kemudian meninjau kondisi Masjid dan lembaga di bawah naungan Yayasan Mi’rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta, termasuk Panti Asuhan Nahdlatul Wathan Jakarta.

Setelah rangkaian kegiatan tersebut, TGB Zainul Majdi menyampaikan nasihat yang mendalam dan penuh makna. Nasihat ini ditujukan kepada seluruh pejuang NW dan NWDI secara khusus, serta kepada kaum muslimin secara umum. Berikut beberapa poin penting dari nasihat beliau:
Beliau memulai dengan doa dan harapan: “Semoga Allah memberkahi semua yang ada di tempat ini, mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya.”
Yang utama, pentingnya meneruskan pesan dari Maulana Syaikh Zainuddin Abdul Majid, yaitu wasiat iman dan takwa. Selanjutnya, berjuanglah untuk meningkatkan kualitas umat melalui pendidikan, sosial, dan dakwah, agar umat mengenal Allah, mencintai Nabi-Nya, dan terus memperjuangkan nilai-nilai agama yang membawa keselamatan dunia dan akhirat (Izzul Islam wal Muslimin).
Bahwa NW dan NWDI hadir sebagai alat perjuangan umat. Maka tugas kita adalah bagaimana agar sebanyak-banyaknya umat untuk ikut serta dalam “kendaraan” perjuangan ini. Melalui media seperti Majelis Hizib dan majelis-majelis lainnya, kita perlu memperkenalkan nilai-nilai perjuangan NW dan NWDI agar semakin banyak yang bergabung dalam perjuangan memajukan agama, bangsa, dan negara.
Maulana Syaikh tidak hanya meninggalkan kita bangunan, tetapi juga nilai-nilai perjuangan yang diwariskan melalui tiga hal:
- Bangunan (madaaris),
- Para pejuang (abnaa’), dan
- Nilai-nilai Ahlussunnah (qiyam).
Bangunan itu penting untuk dikembangkan, tetapi dua hal lainnya jauh lebih penting, yaitu meningkatkan kualitas Nahdliyyin dan Nahdliyyat agar memahami hakikat perjuangan. Selain itu, Al-Qiyam atau nilai-nilai seperti Ahlussunnah wal Jamaah ala Mazhab Syafi’i, keyakinan (yaqin), keikhlasan (ikhlas), keteguhan (istiqomah), kecintaan kepada Allah (mahabbatullah), kecintaan kepada Rasul (mahabbaturrasul), kecintaan kepada ahlul bait, kecintaan kepada orang-orang baik (ahlul khair), dan kecintaan kepada ulama (mahabbatul ulama). Ini semua menjadi pegangan kita, serta pegang teguh punda mental perjuangan.
Sebutan Maulana sebagai Abul Madaris wal Masajid, Abu Rauhun wa Raehan mengingatkan kita bahwa beliau memiliki hobi mendirikan bangunan, bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi tempat di mana anak-anak kita ditempa lahir dan batin. Oleh karena itu, jagalah Perguruan Cakung agar menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi tullab dan tolibat.
Kita tahu, banyaknya tempat sekarang anak diamanatkan orang tuanya, tapi disitu mereka dilecehkan. Al-Magfurlah menggah kalau sampai ada di lembaga pendidikan kita NW dan NWDI anak yang dimasukkan oleh orang tuanya untuk menuntut ilmu, faham agama dan mengerti tentang kehidupan, namun justru kehormatanya dirusak.
Mohon dijaga disini, bukan hanya untuk kepentingan dunia, tetapi untuk hal yang lebih penting yaitu pertanggungjawaban kita kepada Allah SWT. Kita adalah orang-orang yang diamanahkan untuk mendidik anak-anak kita, tolib dan tolibat. Jadi mohon untuk dipegang amanah ini.
Dalam kesempatan tersebut, beliau juga menjelaskan tentang keilmuan Maulana Syaikh yang tersambung sampai kepada Rasulullah SAW yang dijelaskan melalui data silsilah dari rentetan guru-guru Maulana Syaikh.


