Imam Junaid Al-Bagdâdî ialah seorang ahli tasawuf bahkan segala sumber rujukan tasawuf berasal dari dirinya, konsep zuhud dan wara’, mahabah dan juga makrifat, rida dan syukur diajarkan dalam berbagai kitabnya, fana’ dan baqa’ juga tertuang dalam segala tulisan kitabnya, syathahât dan malamatiah terurai dengan jelas dan padat serta tobat, khauf dan raja’ adalah bagian tak terlepaskan dari konsep-konsep yang di dalaminya.
Keahliannya dalam bidang yang satu ini yakni bidang-bidang spiritual tak dapat dianggap sepele, segala hal mengenai dirinya telah dijelaskan dalam banyak referensi lain, pengalaman batin berupa makrifat, mahabah dan juga lainnya telah diperolehnya. Bahkan keramat-keramatnya pun banyak ulama menjelaskannya.
Semua pengalaman dan keahlian yang beliau dapatkan tak lepas dari kekuatan Mujahadah dalam ibadah yang khusu’ menjadi keutamaan beliau. Namun pada suatu malam setelah wafat seorang murid beliau berjumpa di alam mimpi dan ditanya mengenai hal ihwal yang beliau dapatkan.
Murid: apa kabarmu wahai Aba Al-Qasim?
Junaid: tak bermakna segala ibarat (kekuatan bacaan dalam memahami isi-isi kitab yang dibacanya), telah hilang segala isyarat (keramat yang diberikan Allah kepadanya) dan tidak ada yang paling bermanfaat bagi kehidupan di alam akhirat ini melainkan rakaat-rakaat sembahyang yang kita jalankan pada tengah malam.
Dari perbincangan antara Junaid Al-Bagdadi dan muridnya melalui alam mimpi tersebut dapat dipahami bahwa tidak ada kebanggaan yang patut dibanggakan walaupun terlihat oleh mata kebanyakan manusia kita adalah spesial (lebih baik dari mereka), namun apa yang kita banggakan ternyata tidak ada gunanya disisi Allah SWT.
Rukuk dan sujud yang kita lakukan jauh lebih berguna, hanya Dia dan kita yang tahu apa dan bagaimana kedekatan yang terjalin, hanya Dia dan kita yang dapat merasakan betapa nikmatnya kebersamaan tiada penghalang. Nikmat dan kebahagiaan bendawi yang kita rasakan tak dapat dibandingkan dengan kenikmatan dan keasyikan bersama Sang Pemilik dan Pemberi kenikmatan, Allah Maha Besar, Allah Maha Adil, Allah Maha dari segala yang –dikatakan– maha di atas dunia fana’ ini.