Bagaimana Perspektif Islam Mengenai Makna Kemerdekaan?

Bagaimana Perspektif Islam Mengenai Makna Kemerdekaan?

Sinar5news.com – Jakarta – Tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, di hari itu Ir Soekarno berhasil memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di hadapan 500 orang dari berbagai kalangan. Tepatnya pada hari Jum’at 17 Agustus 1945, di Jl. Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta Pusat. Dan beritanya disebar luaskan melalui siaran radio ANTARA.

Kemerdekaan indonesia adalah salah satu nikmat dari Allah SWT yang patut disyukuri sebagai karunia yang sangat mulia. Yang mana kemerdekaan ini merupakan amanah untuk dimanfaatkan dan digunakan guna meraih kembali kedaulatan, kehormatan, keadilan, hingga kesejahteraan negara. Tugas utama kita sebagai rakyat Indonesia khususnya umat Islam yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia adalah bagaimana menjaga, mempertahankan, dan memperjuangkan kemerdekaan serta kedaulatan dan kehormatan bangsa dan negara agar tetap berdiri setara dengan bangsa-bangsa lainnya.

Tanggal 17 Agustus menjadi hari yang dikenang oleh masyarakat indonesia disetiap tahunnya. Biasanya akan diadakan perlombaan untuk memeriahkan hari kemerdekaan. Mulai dari tingkat RT/RW, hingga ke tingkat Desa. Namun, apakah kamu tahu makna kemerdekaan dalam perspektif Islam? Yuk kita ulik dalam tulisan berikut!

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kemerdekaan memiliki arti kebebasan, dapat berdiri sendiri, dan tidak terjajah lagi. Dari segi istilah, kemerdekaan mempunyai makna kebebasan individu untuk melakukan apa yang dikehendakinya tanpa ada pengaruh orang lain.

Sementara itu, dalam bahasa Arab kemerdekaan disebut dengan Al-Hurriyah. Menurut Ibnu ‘Asyur dalam karyanya “Maqasid al-Syari’ah al-Islamiyah” ada beberapa aspek kemerdekaan dan kebebasan yang dikehendaki syariat Islam. Di antaranya, kebebasan untuk berkeyakinan (hurriyyah al-i’tiqad), kebebasan berpendapat dan bersuara (hurriyyah al-aqwal), termasuk di dalamnya kebebasan untuk belajar, mengajar, dan berkarya (hurriyyah al-‘ilmi wa al-ta’lim wa al-ta’lif), lalu kebebasan bekerja dan berwirausaha (hurriyyah al-a’mal).

Dalam segi ibadah, Islam memaknai kemerdekaan saat seorang hamba dapat beribadah dan menjauhkan diri dari kesyirikan kepada-Nya. Seseorang tidak dapat dikatakan merdeka apabila dalam ibadahnya terdapat penyelewengan atau kepada selain Allah Ta’ala. Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:  “Menjadi hamba Allah SWT adalah kemerdekaan yang hakiki. Barang siapa yang tidak menghamba kepada Allah, dia akan menjadi hamba kepada selain-Nya. (Al-Majmu’ Al-Fatawa, 8:306).

Bahkan, tidak jarang kita melihat mereka yang mengaku dirinya Muslim dan beriman kepada Allah SWT justru datang dan meminta kesembuhan, kesuksesan, hingga kekayaan abadi kepada selain Allah Ta’ala. Makhluk yang lebih lemah, lagi tidak memiliki kuasa. Menurut pandangan Syar’i, seorang manusia barulah dapat disebut merdeka bilamana ia sadar dan berusaha keras untuk memposisikan dirinya selaku hamba Allah SWT dalam setiap yang ada pada dirinya. Baik penciptaan, penghambaan, kecintaan, perasaan, hingga perilaku.

Salah satu bentuk kemerdekaan yang dituntut dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah merdeka dari belenggu hawa nafsu. Karena pada dasarnya nafsu dapat menjerumuskan seseorang pada kesesatan dan kebatilan. Sama ketika Allah SWT memperingati nabi Daud AS agar jangan sampai dirinya tunduk dan menjadi sandera atas hawa nafsunya sendiri.

Mereka yang takut akan kebesaran dan hukum Allah Ta’ala, tidak akan mudah untuk tunduh dengan hawa nafsunya sendiri. Sebaliknya, mereka yang tidak takut kepada Allah Ta’ala akan merasa aman tatkala ia bermaksiat dan melakukan perbuatan dosa. Nafsu seringkali membawa manusia kepada dosa-dosa dan hilangnya keberkahan pada diri seorang hamba. Apabila keberkahan telah hilang, maka penderitaan akan terus menimpa penghuni sebuah negri. Nafsu juga akan menyeret manusia pada lembah kerakusan dan kesombongan. Yang mana kerakusan dan kesombongan ini akan melahirkan kekejaman yang tidak mengidahkan nilai-nilai kemanusiaan.

Seperti yang kita saksikan di negri ini bahwasanya tidak sedikit pelecehan dan pembantaian terhadap nilai-nilai kemanusiaan karena tidak bisa mengendalikan hawa nafsu. Bila manusia telah didominasi oleh sifat kebinatangannya, maka ia akan lebih kejam dari binatang itu sendiri.

Diantara ujian yang Allah berikan kepada hambanya adalah fitnah kehidupan duniawi. Setiap mereka yang mengaku dirinya sebagai hamba pastilah akan diuji dengan-Nya. Entah itu berupa harta kekayaan yang berkelimpahan atau justru ketidak cukupan diri dalam memenuhi kebutuhan. Kemerdekaan yang hakiki juga bisa dimaknai dengan memberi kebebasan dan kelapangan hati, pikiran, dan perbuatan manusia untuk menyampaikan pendapat dan berkreasi dalam amal perbuatan secara terbuka tanpa adanya rasa khawatir.

Dalam Qur’an surah Al-Baqarah ayat 256 yang artinya : 

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Bahkan, mengutip dari buku Pemikiran dan Filsafat karya Prof Dr Izomiddin, MA menerangkan bahwa kemerdekaan dan kebebasan dalam Islam menghendaki agar agama Islam disiarkan tidak berdasar paksaan, melainkan berdasarkan penjelasan, demonstrasi dan argumentasi. Jadi, makna kemerdekaan dalam Islam luas jangkauannya hingga mencakup berbagai macam. Baik itu kebebasan individu, maupun kebebasan berkelompok.

Selanjutnya, menurut buku Sistem Masyarakat Islam dalam Al Quran dan Sunnah oleh dr Yusuf Qardhawi yang diterjemahkan Abdus Salam Masykur Lc, kemerdekaan atau kebebasan dalam aspek kemanusiaan tiap-tiap individu menurut Islam mencakup:

1. Kebebasan beragama
2. Kebebasan berpikir
3. Kebebasan berpolitik
4. Kebebasan bertempat tinggal

Singkatnya, kemerdekaan dalam perspektif Islam ialah apabila seorang hamba dapat terbebas dari kesyirikan terhadap-Nya, terbebas dari belenggu hawa nafsu, dan terbebas dari fitnah duniawi.

Baca Selanjutnya

DARI PENULIS

BERITA TERKAIT

IKLAN

TERBANYAK DIBACA

BACA JUGA