Prof Harapandi: Hakikat Pertemuan

Prof Harapandi: Hakikat Pertemuan

Wajah indahmu selalu terbayang , Tutur kata manismu tak teralingkan, Perangai cantikmu selalu ku kenang, Rintihan merdu doamu selalu terngiang, Tunduk kepalamu saat berjalan terbayang,Semua rasa ini aku patri dalam diri , Itulah hakikat sebuah pertemuan.

By Harapandi Dahri

Seorang Salaf al-Shaleh (orang-orang terdahulu) berkata;” Apabila engkau mengingatku, maka berdoalah untukku dan bila aku mengingatmu, akupun berdoa untukmu. Jika kita tidak dapat bertemu karena berbagai masalah, maka dengan saling mendoakan telah mewakili pertemuan kita yang sesungguhnya ( Rahatul Qulub:47)

Doa adalah mukhh al-Ibâdah (otaknya ibadah), doa adalah ruh al-Nafs (jiwanya jiwa), doa adalah silâh al-Mukmin (pedangnya orang-orang mukmin), doa adalah sirr Allah (rahasianya Allah), doa adalah munâjât al-Rabb (media pertemuan dengan Tuhan) dan doa adalah mujâlasât Allah (media bermesraan dengan Allah).

Selain doa sebagai media berkomunikasi dengan Yang Maha Tunggal, doa juga dapat menjadi senjata rahasia seorang mukmin. Ketika berada pada suatu masalah doa kepada Allah adalah jalan keluarnya, saat kita mendapatkan perlakukan zolim dari orang lain doa adalah solusinya. Doa sebagai senjata tidak terlihat oleh orang lain, doa sebagai senjata hanya diketahui oleh Allah dan orang yang sedang memanjatkannya, maka itulah sebabnya doa sebagai senjata rahasia seorang mukmin.

Doa juga sebagai media berkomunikasi dengan antar sesama, doa dapat mendekatkan yang jauh, doa dapat menghadirkan orang-orang yang sudah lama tak bersua, doa dapat menyatukan hati dengan hati walau di tempat yang jauh sekalipun dan doa dapat menjelma menjadi obat rindu yang sangat mujarrab.

Pertemuan tidak selalu terjadi sesuai dengan yang kita harapkan, pertemuan bersifat semua dan sementara, tidak ada yang abadi, tidak ada pula yang lestari, semua berada dalam misteri ilahi. Hari ini bertemu mungkin esok berpisah, hari ini kita bersua esok lusa tinggal kenangan. Pertemuan yang sejati dan hakiki ialah pertautan hati dimanapun kita berada, doa adalah medianya.

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sebuah haditsnya bersabda;”Doa seseorang untuk saudaranya dari tempat yang jauh (Zahr al-Ghaib) mustajâbun (cepat dikabulkan). Ibn ‘Athaillah al-Sakandari mengatakan;“Jangan menuntut Tuhan lantaran permintaanmu terlambat dikabulkan. Namun, tuntutlah dirimu lantaran terlambat melaksanakan kewajiban”.

Mengapa kita harus mendoakan saudara kita sesama muslim hal itu karena seorang muslim dengan muslim lainnya itu bersaudara. Rasulullah menggambarkan persaudaraan mereka seperti satu tubuh, jika di antara bagian tubuh ada yang sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi adalah bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggotanya sakit, maka seluruh tubuhnya akan merasakan [penderitaanya] dengan tidak dapt tidur dan merasa panas.’’ [HR. Bukhari dan Muslim].

Jangan pernah berhenti berdoa, karena doa merupakan lambang ketaatan, Dia telah menyuruh kita berdoa, Dia telah meminta kepada kita untuk meminta kepadaNya, maka Dia akan mengabulkannya. Jangan karena Dia terlambat mengabulkan doa kita lalu kita menjauh, tidak lagi menengadahkan tangan untukNya. Ketika lidah kita telah tergerak untuk meminta sesuatu berarti Dia telah siap untuk memberikan apa-apa yang kita minta kepadaNya.

Jika doa kita belum terkabul, maka Allah sedang memberimu tanda, banyak hal yang ada dalam dirimu perlu diperbaiki, amal yang engkau sangkakan karena Dia, mungkin niatmu berbeda. Sedekah yang engkau keluarkan untukNya, mungkin terselip di dalamnya riya dan sombong, saat engkau menjalankan salat dan puasa mungkin terbersit di dalamnya rasa ujub (membanggakan diri) dan sum’ah (memperdengarkan apa-apa yang telah, sedang dan akan kita lakukan), perbaiki hatimu, koreksi niatmu, lalu tunggu doamu akan terkabulkan.

Baca Selanjutnya

DARI PENULIS

BERITA TERKAIT

IKLAN

TERBANYAK DIBACA

BACA JUGA