Kata marah (bahasa Inggris: wrath, anger; bahasa Latin: ira), adalah suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan antara lain peningkatan denyut jantung, tekanan darah, serta tingkat adrenalin dan noradrenalin. …
Akibat dari kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif.
Ekspresi luar dari kemarahan dapat ditemukan dalam bentuk raut muka, bahasa tubuh, respons psikologis, dan kadang-kadang tindakan agresi publik .
Manusia dan hewan lain sebagai contoh dapat mengeluarkan suara keras, upaya untuk tampak lebih besar secara fisik, memamerkan gigi mereka, atau melotot .
Marah adalah suatu pola perilaku yang dirancang untuk memperingatkan pengganggu untuk menghentikan perilaku mengancam mereka. Kontak fisik jarang terjadi tanpa ekspresi kemarahan paling tidak oleh salah seorang partisipan [4]. Meskipun sebagian besar pelaku menjelaskan bahwa rasa marah timbul karena “apa yang telah terjadi pada mereka,” ahli psikologi menunjukkan bahwa orang yang marah sangat mungkin melakukan kesalahan karena kemarahan menyebabkan kehilangan kemampuan pengendalian diri dan penilaian objektif
Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup. Kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. Namun, kemarahan yang tak terkendali dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup pribadi dan sosial
Walaupun banyak filsuf dan penulis telah memperingatkan terhadap kemarahan yang spontan dan tak terkendali, terdapat ketidaksepakatan tentang nilai intrinsik dari kemarahan. Penanganan kemarahan telah menjadi bahan tulisan sejak para filsuf awal hingga saat ini. Ahli psikologi modern, berlawanan dengan para penulis awal, juga telah menunjukkan dampak buruk karena menekan rasa marah . Penunjukan kemarahan juga telah digunakan sebagai strategi manipulasi untuk pengaruh sosial . MARAH seringkali dilakukan orang saat dirinya merasa terusik atau merasa tidak nyaman atas sesuatu yang tidak berkenan. Sebagai muslim yang taat, hendaknya kita bisa menahan marah, atau bahkan menahan marah-marah.
MARAH bisa membuat orang tidak menghargai akal sehat dan pikiran normalnya. Sebab marah, misalnya, orang tega menghabisi nyawa pasangannya karena masalah sepele. MARAH pun bisa membuat keluarga retak hingga terjadi perceraian, di samping memutus hubungan orang tua dengan anak dan mengubah hubungan kasih sayang menjadi kebencian serta persaudaraan menjadi
permusuhan. PERNAH ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW dan berkata, “Berilah wasiat kepadaku
RASULULKAH SAW pun menjawab, Janganlah engkau marah!” LELAKI tersebut mengulangi permintaan itu beberapa kali. Rasulullah SAW pun menjawab, “Janganlah engkau marah!”
(HR. Al-Bukhari).
KEMARAHAN seseorang timbul karena adanya pergolakan emosi yang menyebabkan wajah memerah, denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi meningkat, dan nafa berlomba. Marah merubah wajah orang yang tampan menjadi menakutkan.
NABI MUHAMMAD SAW menyifati marah sebagai bara api yang ada di dada seorang manusia. “Ketahuilah bahwa sesungguhnya marah adalah bara api dalam dada Ibnu Adam (manusia), tidakkah engkau lihat kedua matanya yang memerah dan urat lehernya yang menegang.”
(HR. Ahmad)
MARAH berkaitan erat sikap sombong, merasa lebih tinggi, zalim, dan jahat. Karenanya, marah itu menjadi jalan kehancuran. Jika seseorang marah dan tidak berusaha untuk mengendalikannya, ia akan berbicara atau berbuat di luar kesadarannya yang kelak akan disesalinya.
BETAPA banyak kalimat talak diucapkan suami karena marah, dan setelah kemarahannya mereda ia sangat menyesal. Ada juga orang tua yang sangat marah kepada anaknya sehingga memukul dan menganiayanya yang akibatnya anaknya menjadi cacat atau anaknya pergi dari rumahnya.
BANYAK kasus akibat marah hubungan persaudaraan menjadi putus, harta benda dirusak dan dihancurkan. Semua itu menunjukkan bahwa marah yang tidak dikendalikan akan menyebabkan keburukan-keburukan.
ALLAH memuji mukminin yang bertakwa dengan sifat-sifat mulia yang cukup banyak, yang salah satunya mampu menahan amarah, gemar memaafkan orang yang salah, dan membalas keburukan orang dengan kebaikan.
BERIKUT pesan Allah tersebut. _
*“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”*_ (QS. Ali Imran: 134).
MARAH merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat orang tidak menghargai akal sehat dan pikiran normalnya. Sebab marah, ada orang tega menghabisi nyawa pasangannya karena sebab sepele.
NABI MUHAMMAD SAW membuat penilaian tentang orang kuat yang tidak ada pada benak manusia di kala itu. “Orang kuat bukanlah yang menang bergulat, sesungguhnya orang kuat itu adalah orang yang menguasai dirinya saat marah.”*
(Muttafaq ‘Alaih).
“Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala urusan.”
(Muttafaq ‘Alaih)
SIAPAKAH orang yang berhak mendapatkan kelembutan kita? Jawabannya adalah istri kita, anak-anak kita, dan saudara-saudara muslim kita. Itulah setidaknya yang mesti mendapat kelembutan.
Rabbanaa afrigh alainaa shabra wa tsabbit aqdaamanaa wanshurnaa alal qaumil kaafiriin._
Ya Tuhan kami Tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kokohkanlah pendirian kami sertatolonglah kami terhadap orang-orang kafir.