Sinar5news.com – Jakarta – Hidup manusia sejatinya berujung pada satu tujuan yakni mencari dan mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Baik di dunia maupun di akhirat. Meski demikian, masih ada sekelompok orang yang memiliki persepsi sempit dalam menilai suatu ras atau keturunan. Mereka berpegang pada keyakinan bahwasanya ras atau suku tertentu memiliki kedudukan yang lebih unggul dari yang lainnya. Tidak hanya itu, posisi atau jabatan tertentu dianggap lebih terhormat ketimbang profesi yang tidak begitu mentereng atau dikenal oleh masyarakat luas. Kerapkali kekayaan juga menjadi penentu nilai seseorang. Ironisnya, sikap diskriminasi dan pandangan seperti ini masih berlaku di negara kita, khususnya bagi masyarakat yang kurang beruntung.
Dalam Islam, prinsip kesetaraan sangatlah penting. Ini, karena Islam menekankan hukum yang seadil-adilnya. Oleh karena itu tindak perbuatan diskriminasi sangatlah tidak dibenarkan terlepas dengan alasan apapun. Karena, satu-satunya faktor pembeda atau pemisah antara manusia yang satu dengan yang lainnya di mata Allah SWT adalah dilihat dari tingkat ketakwaannya.
Teringat pada zaman Rasulullah SAW dalam kasus Bilal bin Rabah yang mana pada saat itu beberapa sahabat awalnya merendahkan Bilal bin Rabah. Alasannya tak lain karena ia merupakan seorang budak yang berkulit hitam. Dari kejadian ini Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 13 yang artinya:
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dalam haditsnya, Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwasanya Allah tidak melihat penampilan fisik atau wajah seseorang. Melainkan Allah akan melihat dari hati dan sisi ketakwaan hambanya. Dalam hal ini kita melihat bahwa Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kita untuk menolak segala bentuk diskriminasi. Baik itu ras, warna kulit, dan lain sebagainya.
Lantas, apa yang dimaksud dengan takwa? Singkatnya arti dari takwa adalah melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Misalnya dengan menjalankan sholat lima waktu dan tidak pernah meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim sebagaimana yang tertuang dalam rukun islam. Atau contoh yang dapat kita lihat di kehidupan sehari-hari misalnya seperti membantu orang tua atau teman dengan penuh keihklasan, dan tidak pernah berhenti untuk menebar benih kebaikan. Jika kita melaksanakan perintah-Nya dengan baik, berarti kita telah menjalankan salah satu bentuk takwa kepada Allah SWT. Salah satu alasan kenapa manusia harus bertakwa adalah karena takwa akan menjadi landasan dari setiap ibadah yang kita jalankan. Baik yang tampak, atau yang batin.
Tidak hanya itu, jika kita mampu menjalankan takwa kepada Allah SWT, kita akan mendapatkan beberapa manfaat seperti :
- Senantiasa dalam penjagaan dan perlindungan Allah SWT
- Mendapatkan ilmu pengetahuan yang berkah dan berasal langsung dari Allah SWT
- Dihapusnya dosa-dosa yang telah lalu
- Dapat terhindar dari siksa api neraka
- Diberikan jalan keluar atas segala kesulitan dan tantangan yang sedang dihadapi
- Memiliki kesetaraan dan kedudukan yang sama di mata Allah SWT
Dengan menjalankan dan meneladani nilai-nilai keislaman ini, kita dapat menciptakan masyarakat yang adil, harmonis, dan bebas dari diskriminasi. Karena di dalam labirin kehidupan yang kompleks ini, terdapat sebuah permata yang bersinar terang. Ia adalah ketakwaan. Kunci dari kehidupan bahagia yang abadi dan sempurna. Ibarat kompas yang akan menunjukkan kita pada jalan kebenaran yang akan kita telusuri, takwa akan menjadi penunjuk kita untuk melewati berbagai rintangan dan godaan yang menghampiri.
Perlu kita ketahui bahwasanya keagungan dan kemuliaan Allah SWT melampaui batas kemampuan kita sebagai manusia. Hak-Nya atas diri seorang hamba begitu besar, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengklaim kesempurnaan atas ibadah yang telah ia jalani. Namun, saat kita lengah dan terperosok ke jurang kesalahan janganlah kamu terjebak dalam penyesalan dan keputus asaan yang tidak berujung. Karena sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun dan senantiasa membuka pintu taubat bagi para hamba-Nya yang mau kembali ke jalan yang benar.