Membaca karya-karya turots (karya klasik yang penuh dengan subtansi keilmuan) dan melihat kesholehan orang-orang terdahulu, bukan hanya membuat beliau ‘alim secara individu akan tetapi beliau juga sebagai seorang mushlih, motor penebar kebaikan dan keilmuan diantara banyak para penuntut ilmu. Hal ini dibuktikan dengan berbagai karya yang ditorehkan dan menjadi rujukan diberbagai cabang keilmuan. Salah satu yang cukup menonjol dizamannya adalah seorang sejarahwan, juga ahli hadits ternama, juga tokoh sufi yang sangat dihormati beliau adalah Abu Nu’aim al-Ashbahani (W. 430 H). Nama Ashbahan yang menjadi nisbat pada namanya, merupakan sebuah kota kelahirannya. Kadang, dikenal juga dengan sebutan Ashfahan. Abu Nu’aim sendiri memiliki nama, Ahmad bin ‘Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa bin Mihran. Beliau dilahirkan pada bulan Rajab 336 H. Ada juga yang berpendapat, ia lahir tahun 334 H. Dan beliau meninggal pada 20 Muharram 430 H dalam usia yang cukup sepuh yaitu 94 tahun.
Usia beliau banyak dihabiskan dengan belajar, mengajar dan menulis. Abu Nu’aim telah mengarungi dunia thalabul ‘ilmi, lantaran perhatian besar sang ayah kepadanya. Maka berkat kemampuan ilmiah dan kecerdasannya, tak haran jika banyak sekali gelar yang disematkan kepada beliau, seperti: gelar Imam (orang yang banyak diambil pendapatnya), ats-tsiqah (orang yang kredebilitas dalam bidang hadits), ‘allamah (orang yang diakui keilmuannya) serta Syaikhul Islam (seseorang yang menjadi rujukan utama).
Sampai-sampai Imam adz-Dzahabi menyatakan,”Tokoh-tokoh Ulama dunia telah memberikan ijazah (silsilah mata rantai keilmuan) baginya pada tahun 340-an H, padahal usia yang masih belia.” Beliau tidak hanya piawai dalam disiplin ilmu hadits. Dalam ilmu qira`ah pun, kemampuannya diakui. Beliau telah meriwayatkan banyak qira`ah langsung melalui ath-Thabrani. Ilmu fiqih juga termasuk bidang yang beliau kuasai. Sehingga Abu Nu’aim terkenal sebagai ahli fiqih dalam madzhab Syafi’i.
Beliau multitalenta diberbagai bidang keilmuan, maka tak heran jika beliau mempunyai karya yang luar biasa, salah satu karya beliau yang sangat fenomenal adalah ‘’Hilyatul Auliyaa’ Wa Thabaqaatul Ashfiyaa’’’ (Perhiasan Para Kekasih Allah dan Tingkatan Orang-Orang Suci).
Maka tak heran Ibn Katsir mengungkapkan: Abu Nu’aim al-Ashbihany, beliau seorang Hafidz (julukan ahli hadits yang hafal lebih dari 100rb hadits), beliau memiliki karya-karya yang penuh manfa’at yang rata-rata sangat dikenal khalayak luas diantaranya kitab ‘’Hilyatul Auliya Wa Thobaqotul Asfiya’’ dengan beberapa jilid besar, menunjukkan luasnya pengetahuan beliau tentang periwayatan hadiits, gurunya yang sangat banyak, kuatnya pengetahuan beliau tentang ‘’takhrij hadits’’ dan beraneka ragam cabangnya. (Lihat: al-Bidayah wa an-Nihayah, Jilid: 12/42).
Yang lebih menarik adalah perkatakan al-Imam Abi Utsman ash-Shobuny beliau berujar: ‘’Setiap rumah yang di dalamnya terdapat kitab ‘’Hilyatul Auliya’’karya Abu Nu’aim, maka tidak akan ada Syaithan yang memasuki rumahnya. (Lihat: Faidlul Kabir, Jilid: 1/27).
Inilah sir (rahasia) dan keberkahan keikhlasan para ulama atas ilmu dan pengetahuannya, karya dan kitabnya saja mampu membuat syaithan lari apalagi individunya.
Semoga Allah mengumpulkan kita dengan para auliya dan ulama sholeh sehingga kita bisa selamat di dunia maupun akhirat Aamien Allahumma Aamien. Al-Faqir Ila Allah, ZA.