Sinar5News.com- Jakarta- Menjelang awal tahun 2023, Ikatan Mahasiswa Sasak (IMSAK) NTB Jakarta melakukan refleksi akhir tahun dan serial diskusi tokoh bangsa, yang dilaksanakan di FISIP UIN Jakarta. Hal itu disampaikan Kabid Kajian dan Pelatian IMSAK NTB Jakarta Maulan PM, Rabu (28/30/22).
“Teladan yang telah diberikan oleh Guru Bangsa Gus Dur harus menjadi inspirasi dalam setiap langkah dan gerak baik individu maupun organisasi”. Tambah Maulana PM yang juga Mahasiwa PTIQ Jakarta.
Ditempat yang sama Fariq selaku Ketum IMSAK NTB Jakarta, menegaskan bahwa diskusi kali ini adalah tonggak awal diskusi IMSAK NTB Jakarta yang dari tahun 2019 “mati suri” kini dimulai, karena bagimanapun identitas dari IMSAK adalah “membaca, diskusi dan menulis” tiga poin ini sudah semacam jati diri kawan-kawan mahasiswa Sasak Ciputat yg terhimpun dalam IMSAK NTB Jakarta.
Diskusi ini mendatangkan, Helmy Hidayatullah, MA sebagai pembicara, dalam penjelasnya mengingatkan bahwa sudah tiga belas tahun sejak 30 Desember 2009, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) meninggalkan kita. Banyak jasa, peninggalan tetapi juga kontroversi yang ia wariskan. Salah satu peninggalan itu adalah pemikiran Islamnya yang ternyata berpijak dari suatu humanisme Islam. Sayang, banyak yang tak memahami hal ini sehingga pemikirannya sering disalahtafsirkan. Terang Alumni Filsafat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Humanisme Islam adalah dasar normatif dan muara etis dari segenap pemikiran Gus Dur. Sejak pribumisasi Islam, Islam sebagai etika sosial, negara kesejahteraan Islam hingga pluralisme agama. Dengan demikian, humanisme Gus Dur bukan antroposentrisme yang meniadakan agama dan Tuhan. Sebaliknya, ia berangkat dari pemuliaan Islam atas manusia, di mana manusia menjadi subjek sekaligus objek humanisasi kehidupan, karena Allah telah menitahkannya. Tegas Dosen STIT Otto Iskandardinata yg juga alumni IMSAK Jakarta.
Hadir juga dalam kegiatan ini puluhan mahasiswa anggota IMSAK NTB Jakarta dari UIN Jakarta, UNPAM, IPTIQ, UMJ dan STF Mulla Sadra.
Presiden Forum Kebangsaan yang juga asal Sasak Lombok terpisah sampaikan ; ” Seiring dengan ajaran Gusdur yang meletakkan moderasi, humanisme, kebangsaan, yang harus dijaga, dirawat oleh semua anak bangsa tanpa melihat identitas latar belakang. Maka, sejatinya mahasiswa/i sudah tidak lagi bicara hal kesukuan tapi bagiamana merekatkan kehidupan berbangsa bernegara dengan Budi kemuliaan tanpa harus terganggu dengan perkataan miring orang yang selalu menebar propoganda baik atas nama agama maupun syariat. Indonesia adalah contoh masyarakat berperadaban yang sangat menjunjung tinggi kemanusiaan dan perbedaan di bumi, perjuangan Gusdur syarat nilai universal yang harus dipelihara oleh warga bangsa untuk Indonesia unggul berbudaya ” Ungkapnya menguatkan.