Sinar5news- Jakarta- Fenomena warga bangsa Nusantara akhir akhir ini. Sejak diselenggarakan pemilu sampai pasca pemilu terhadap mereka yang berbeda pilihan satu sama lain masih bersitegang. Walaupun tensinya sudah agak menurun tapi tetap kurang elok menurut kaca mata kebhinekaan. terlebih Paslon yang kalah berdasarkan hitungan cepat. Masih belum mau menerima kekalahan, mereka terus memobilisasi masa dan pendukungnya untuk terus melawan.
Tiap hari yang keluar dari mulut mereka adalah propaganda, kebencian, sumpah serapah yang tidak berbanding lurus dengan selogan mereka sebagai pemegang konci surga katanya, Didukung ulama dan kaum beriman. Sementara orang beriman pantang untuk menjelekan sesama, berkata yang menyinggung apalagi menyakiti mahluk. Orang beriman itu berhati lembut, berkata kebaikan, menebar cinta kasih di bumi.
Jangan jadikan negri Pancasila ini ribut bersengketa tidak ada ujung pangkalnya sebagaimana bangsa di semenanjung timur tengah yang saling bunuh dengan dalih agama. Nusantara benda dengan tanah gurun Arab sana. Di negri ini ajaran budayanya lebih mengedepankan kemaslahatan orang banyak daripada perjuangkan kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. Inilah ajaran negri Pancasila yang tidak dimiliki negara lain di dunia ini termasuk negara-negara timur tengah dan benua lainnya.
Masih terngiang dalam ingatan kita, betapa perseteruan yang sangat sengit terjadi pada pase Pilpres antara 01 dan 02 tahun lalu ketika Prabowo melawan Jokowi. Warga bangsa terbelah, kondisi di lapangan sangat terasa. Tidak jarang sesama pendukung saling serang seperti model bangsa arab jahiliah.
Semua bisa teratasi dengan jiwa negarawan Prabowo yang menenangkan pendukungnya untuk tidak terprovokasi dan berhenti saling hujat di media. Beliau dengan lantang berjiwa kesatria demi merah putih, selalu mengingatkan semua pendukung fanatiknya untuk rukun, tenang, menerima kekalahan dengan lapang dada tanpa mencari kambing hitam. Inilah kesatria sejati anak Nusantara Pancasila murni yang mengalah. Untuk kepentingan warga bangsa agar tidak jatuh korban warga tidak berdosa.
Petarung sekarang bukanlah Prabowo dulu, yang menjiwai semangat Pancasila. Yang mementingkan hajat orang banyak ketimbang pribadi kelompok maupun golongan. Petarung kali ini terlihat ambisi mengalahkan akal sehat. Jika kemudian ingin membantah hasil ada wadah Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga sengketa tempat yang pas diajukan untuk dituntaskan. Bukan terus menebar propaganda sebagimana model penjajah VOC tempo dulu.
Mari semua warga bangsa kita ingatkan mereka yang bertarung di pilpres. Untuk berhentilah menebar angkara murka. Kembali rukun damai sentosa. Ini Indonesia negri Pancasila buka negri Padang pasir yang terus memelihara permusuhan sampai sekarang. Berbeda suku, bahasa, agama, budaya inilah kita Indonesia. Berbeda tapi tetap satu Merah putih harga mati. Bangsa yang paling berbudaya dan paling santun di jagat raya.
Kepada semua warga bangsa dari latar belakang apapun, tua maupun muda, laki dan perempuan. Jangan mau di hasut oleh isu-isu agama yang dihembuskan para pendukung dan partai yang jualan agama. Gaya dan model inilah yang dipakai negara asing mengadu domba negri timur tengah sehingga sesama saudara mereka di semenanjung Arab terus saling serang dan bertikai Antar sesama negara arab.
Pemilu sudah usai saatnya kembali rujuk, rukun, damai sesama anak bangsa membangun negri untuk mengejar ketinggalan dengan negara lain. Mewujudkan keadilan ekonomi agar semua sumber daya bangsa digunakan sebaik baiknya untuk kesejahteraan warga bangsa. Dalam menjalankan amanat kemerdekaan mensejahterakan seluruh warga tanpa pandang bulu.
Wahai saudaraku sebangsa setanah air baik pendukung 01, 02, 03 pesta rakyat sudah kita lewati bersama dengan riang gembira. Biarkan petugas penyelenggara pemilu kerja dengan tenang untuk melaporkan hasil tanpa harus kita rong rong dengan tuduhan sumpah serapah yang dapat mencederai demokrasi yang sudah payah kita bangun. Pemilu memakan anggaran besar jangan sampai sia sia karena ulah kita yang mengotori hasil jerih payah kerja KPU dan Bawaslu. Mereka semua anak bangsa saudara kita semua yang juga ingin melihat negaranya maju dengan cara bermartabat. Sama seperti kita juga. Mari bergandengan tangan jangan mau di adu domba. Karena itu cara penjajah.
( Presiden Forum Kebangsaan )