Per-tanggal 7 Mei 2020 angka kasus positif covid-19 di NTB sudah mencapai angka 312 kasus, dengan rincian 81 orang sembuh, 6 orang meninggal dunia dan 225 orang positif dalam proses perawatan.
Angka kasus ini masuk pada urutan ke-7 dalam daftar 10 besar provinsi di indonesia dengan angka kasus positif terbanyak dan mengalahkan Bali dengan jumlah kasus sebesar 287 kasus positif covid-19 per tanggal 7 mei 2020.
Banyak pihak yang meramalkan bahwa angka positif akan terus bertambah, jika masyarakat terus mengabaikan arahan dan himbauan dari pemerintah. Kita masih banyak melihat dan menyaksikan masyarakat bebas beraktifitas di tempat keramaian, disisi lain kasus positif covid-19 semakin bertambah dan melumpuhkan berbagai sektor kehidupan.
Seperti yang kita rasakan saat ini, dampak dari bencana global covid-19 telah melumpuhkan berbagai sektor kehidupan baik sektor ekonomi, pariwisata hingga sektor pendidikan. Pada sektor pendidikan misalnya seluruh proses belajar mengajar disekolah ditiadakan dan diganti dengan belajar mandiri dirumah secara online.
Terhitung sejak tanggal 16 maret lalu seluruh sekolah di NTB diliburkan secara serentak selama 14 hari guna mencegah penularan covid-19 dilingkungan satuan pendidikan. Tidak cukup dengan 14 hari, provinsi NTB melalui dinas pendidikan kebali memperpanjang masa libur hingga satu bulan ke depan. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan perkembangan kasus positif covid-19 yang terus bertambah dari hari ke hari.
Dengan kondisi seperti ini, membuat para guru dan siswa mulai belajar menyesuaikan diri dengan melaksanakan proses belajar mengajar secara online di rumah masing-masing. Tentu ini tidak mudah bagi guru dan siswa yang selama ini mengandalkan proses belajar mengajar tatap muka secara langsung di sekolah.
Terlepas dari itu semua, harus di akui bahwa peran guru tidak akan pernah bisa tergantikan oleh teknologi manapun. Karena pendidikan bukan hanya berbicara proses transfer ilmu dari guru kepada murid namun mencakup aspek keteladanan sikap dan ahlak. Penanaman ahlak kepada peserta didik tidak bisa diterpakan melalui pendekatan teknologi semata, melainkan dengan keteladanan sikap dan perilaku yang secara langsung diterpakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selama wabah corona berlangsung, baik guru maupun murid menyadari sepenuhnya bahwa teknologi ternyata tidak mampu menggantikan nilai dan makna dari proses belajar mengajar secara langsung di lingkungan sekolah yang selama ini terjadi. Hal itu juga yang saya rasakan sebagai seorang pendidik dan kebanyakan dari murid saya, sehingga tidak sedikit diantara mereka menyampaikan pertanyaan melalui grup whatshap tentang kapan bisa belajar lagi disekolah.
Tentuk kita semua berharap musibah ini akan segera berakhir dan semua aktifitas dapat kembali normal. Hal ini tidaklah mudah, membutuhkan kesadaran penuh dari semua pihak untuk saling menjaga dan menahan diri berkumpul ditempat-tempat keramaian. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, menjaga jarak dan senantiasa memakai masker ketika berada di luar rumah.
Dengan langkah-langkah tersebut kita berharap dapat memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 dan dapat kembali melaksanakan aktifitas seperti sedia kala.
Mataram, 8 Mei 2020